BAB 1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Salah satu rukun iman yang harus diyakini oleh setiap muslim adalah iman kepada Rasul Allah SWT. Iman kepada rasul berarti meyakini bahwa rasul itu benar-benar utusan Allah SWT yang ditugaskan untuk membimbing umatnya ke jalan yang benar agar selamat di dunia dan akhirat. Allah telah mengutus nabi dan rasul untuk membimbing dan mengeluarkan manusia dari kegelapan menuju jalan yang terang. Jumlah rasul yang diutus Allah SWT sangat banyak, akan tetapi yang diceritakan di dalam Al-Qur’an berjumlah dua puluh lima orang. Allah SWT juga mewajibkan setiap muslim supaya beriman kepada semua rasul yang diutus oleh-Nya, tanpa membeda-bedakan antara rasul yang satu dan yang lainnya.
Mengimani Rasul-rasul Allah SWT merupakan kewajiban hakiki bagi seorang muslim karena merupakan bagian dari rukun iman yang tidak dapat ditinggalkan. Sebagai perwujudan iman tersebut, kita wajib menerima ajaran yang dibawa Rasul-rasul Allah SWT tersebut. Untuk itu, kami akan menguraikan dalam makalah ini mengenai nilai-nilai keimanan kepada Rasul-rasul Allah SWT dan perilaku yang mencerminkan kesadaran beriman kepada Rasul-rasul Allah SWT agar kita lebih mengerti mengenai nilai-nilai apa yang terkandung dalam keimanan seseorang kepada Rasul Allah serta perilaku apa saja yang bisa kita lakukan sebagai cerminan kesadaran beriman kepada Rasul Allah SWT.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian iman kepada Rasul-rasul Allah SWT?
2. Bagaimana nilai-nilai keimanan kepada Rasul-rasul Allah SWT?
3. Bagaimana perilaku yang mencerminkan kesadaran beriman kepada Rasul-rasul Allah SWT?
C. TUJUAN PENYUSUNAN
1. Untuk memenuhi tugas pembuatan makalah pada mata kuliah Akidah Akhlak di Sekolah dan Madrasah
2. Menambah wawasan tentang nilai-nilai keimanan kepada Rasul-rasul Allah SWT dan perilaku yang mencerminkan kesadaran beriman kepada Rasul-rasul Allah SWT
D. MANFAAT PENYUSUNAN
1. Mengetahui pengertian iman kepada Rasul-rasul Allah SWT
2. Memahami nilai-nilai keimanan kepada Rasul-rasul Allah SWT
3. Memahami perilaku yang mencerminkan kesadaran beriman kepada Rasul-rasul Allah SWT
BAB 2
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN IMAN KEPADA RASUL-RASUL ALLAH SWT
Iman kepada rasul adalah meyakini secara pasti bahwa Allah SWT mempunyai rasul-rasul, mereka sengaja dipilih Allah untuk menyampaikan risalah-Nya. Barang siapa mengikuti mereka maka mendapat petunjuk dan barang siapa yang mengingkarinya akan tersesat. Rasul adalah seseorang dengan jenis kelamin laki-laki yang mendapatkan wahyu dari Allah SWT dan memiliki kewajiban untuk menyebarkan wahyu tersebut. Sedangkan nabi adalah seorang dengan jenis kelamin laki-laki yang mendapatkan wahyu dari Allah SWT namun tidak mempunyai kewajiban untuk disebarkan kepada orang lain. Akan tetapi, wahyu itu diberikan untuk diamalkan oleh dirinya sendiri dan tidak ada keharusan untuk disampaikan kepada umatnya atau kaumnya.
Dari definisi nabi dan rasul di atas, maka dapat disimpulkan perbedaan antara nabi dan rasul antara lain :
• Nabi memperoleh wahyu hanya untuk dirinya sendiri, sedangkan Rasul tidak hanya untuk dirinya sendiri melainkan diperintahkan Allah untuk disampaikan kepada umatnya.
• Setiap nabi belum tentu rasul, tapi rasul pasti seorang nabi.
• Jumlah nabi sangat banyak bahkan ratusan ribu, tetapi jumlah rasul sangat sedikit. Namun, yang wajib diketahui dan diimani hanya 25 nabi. Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh At-Tirmidzi, dari Abi DzarbahwaRasulullah SAW bersabda yang artinya: “Ketika ditanya tentang jumlah para Nabi “Jumlah para Nabi itu 124.000 Nabi, lalu berapa jumlah Rasul di antara mereka? Beliau menjawab: 312“.
• Nabi yang pertama kali diutus ke muka bumi ialah Nabi Adam ‘alaihissalam, sedangkan rasul pertama ialah Nuh ‘alaihissalam. Nabi dan rasul penutup sekaligus menjadi nabi yang RahmatalLi’alamin ialah Nabi Muhamad SAW.
• Jenjang kerasulan lebih tinggi dibandingkan jenjang kenabian. Rasul diutus setelah menjadi nabi dan rasul lebih utama daripada nabi.
Al-Qur’an menyebut beberapa orang sebagai nabi, nabi pertama adalah Adam. Nabi sekaligus rasul terakhir ialah Muhammad yang ditugaskan untuk menyampaikan Islam dan peraturan yang khusus kepada manusia di zamannya hingga hari kiamat. Isa yang lahir dari perawan Maryam binti Imran juga merupakan seorang nabi. Selain ke-25 nabi sekaligus rasul, ada juga nabi lainnya seperti dalam kisah Khidir bersama Musa yang tertulis dalam Surah Al-Kahf: 66-82. Terdapat juga kisahUzayr dan Syamuil. Juga nabi-nabi yang tertulis di hadis dan Al-Qur’an, seperti Yusya’ bin Nun, Zulqarnain, Iys dan Syits. Sedangkan orang suci yang masih menjadi perdebatan sebagai seorang nabi atau hanya wali adalah Luqman al-Hakim dalam Surah Luqman.
Dari semuaRasul, hanya Nabi Muhamad SAW yang mendapat gelar resmi Rasulullah, yakni satu-satunya nabi dan rasul yang kewajibannya meliputi seluruh umat di seluruh alam. Beliau juga merupakan penutup para nabi. Dikatakan di atas bahwa Rasulallah, Muhammad SAW adalah penutup bagi para nabi, maka janganlah kita terkecoh atau terpengaruh jika ada yang mengaku bahwa dirinya adalah nabi, jika memang ada yang seperti itu sudah jelas bahwa itu adalah sebuah dusta, karena sesungguhnya tidak akan ada lagi nabi setelah Baginda Rasulullah SAW.
Adapun tugas-tugas rasul diantaranya:
1. Menyampaikan wahyu dari Allah SWT kepada umatnya.
2. Mengajak dan mentauhidkan Allah bahwa Allah lah yang wajib dan patut di sembah yang menciptakan alam semesta beserta isi-isinya.
3. Meluruskan umatnya dari segala bentuk kesesatan menuju jalan yang benar.
4. Memberikan kabar gembira kepada orang-orang yang beriman dan bertaqwa serta member peringatan kepada umat manusia.
Perintah untuk beriman kepada rasul terdapat dalam QS. Al-Baqarah: 285
ءَامَنَ الرَّسُولُ بِمَا أُنزِلَ إِلَيهِ مِن رَّبِّهِ وَالمُؤمِنُونَ كُلُّ ءَامَنَ بِاللهِ وَمَلئِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ لاَ نُفَرِّقُ بَيْنَ أَحَدٍ مِّن رُّسُلِهِ وَقَالُوا سَمِعْنَا وَأَطَعْنَا غُفْرَانَكَ رَبَّنَا وَإِلَيْكَ الْمَصِيرُ(البقرة : 285 )
Artinya: “Rasul telah beriman kepada Al-Qur’an yang diturunkan kepadanya daripada Tuhannya. Demikian pula orang yang beriman, semua beriman kepada Allah dan malaikat-Nya, kitab-Nya, dan rasul-Nya. (Mereka mengatakan), “Kami tidak membedakan seseorang pun (dengan yang lain) daripada rasul-Nya.” Dan mereka mengatakan, “Kami mendengar dan kami taat.” Mereka berdoa, “Ampunilah kami yaTuhan kami dan kepada Engkau tempat kami kembali.”
Sebagai muslim kita wajib mentaati perintah rasul, karena rasul adalah utusan Allah. Oleh karena itu mentaati rasul bererti mentaati perintah Allah, begitupun sebaliknya. Orang yang tidak mentaati perintah rasul bererti dia tidak beriman kepada rasul. Orang tidak beriman kepada rasul bererti dia tidak beriman kepada Allah. Tidak beriman kepada Allah balasannya akan masuk ke dalam neraka.
Adapun ciri-ciri orang yang beriman kepada ajaran rasul, yaitu:
• Yakin bahawa ajaran rasul adalah benar.
• Mentaati semua perintah rasul dan meninggalkan segala larangannya.
• Mencontoh akhlak pribadi rasul.
• Menjadikan ajaran rasul sebagai rujukan utama.
• Sentiasa memuliakan rasul.
B. NILAI-NILAI KEIMANAN KEPADA RASUL-RASUL ALLAH SWT
Nilai di sini diartikan sebagai sesuatu yang menyempurnakan keimanan seorang muslim kepada Rasul-rasul Allah SWT sesuai dengan hakikatnya. Di antara nilai-nilai keimanan kepada Rasul-rasul Allah SWT tersebut, antara lain:
1. Teguh Keimanannya kepada Allah SWT
Semakin kuat keimanan seseorang kepada para Rasul Allah, maka akan semakin kuat pula keimanannya kepada Allah SWT. Ketaatan kepada para rasul adalah bukti keimanan kepada Allah SWT. Seseorang tidak bisa dikatakan beriman kepada Allah SWT tanpa disertai keimanan kepada rasul-Nya. Banyak ayat al-Qur’an yang menyuruh taat kepada Allah SWT disertai ketaatan kepada para rasul-Nya, antara lain dalam QS. Ali-Imran: 32.
قُلْ أَطِيعُوا اللَّهَ وَالرَّسُولَ ۖ فَإِنْ تَوَلَّوْا فَإِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ الْكَافِرِينَ
Artinya: Katakanlah, “Taatilah Allah dan Rasul-Nya, jika kamu berpaling, maka sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang kafir”.
Dua kalimat syahadat sebagai rukun Islam pertama adalah pernyataan seorang muslim untuk tidak memisahkan antara keimanan kepada Allah SWT di satu sisi, dan keimanan kepada Rasul-rasul Allah di sisi lainnya. Dalam bahasa lain, beriman kepada para Rasul Allah dengan melaksanakan segala sunah-sunahnya dan menghindari apa yang dilarangnya adalah dalam rangka ketaatan kepada Allah SWT.
2. Meyakini Kebenaran yang Dibawa para Rasul
Kebenaran yang dibawa para rasul tidak lain adalah wahyu Allah baik yang berupa Al-Qur’an maupun hadis-hadisnya. Meyakini kebenaran wahyu Allah adalah masalah yang sangat prinsip bagi siapapun yang mencari jalan keselamatan, karena wahyu Allah sebagai sumber petunjuk bagi manusia.
Seseorang akan bisa meyakini kebenaran wahyu Allah, jika terlebih dahulu dia beriman kepada Rasul Allah sebagai pembawa wahyu tersebut. Mustahil ada orang yang langsung bisa menerima suatu kebenaran yang dibawa oleh orang lain, padahal dia tidak yakin bahkan tidak mengenal si pembawa kebenaran tersebut.
Allah berfirman dalam QS. Al-Baqarah: 285
آمَنَ الرَّسُولُ بِمَا أُنْزِلَ إِلَيْهِ مِنْ رَبِّهِ وَالْمُؤْمِنُونَ كُلٌّ آمَنَ بِاللَّهِ وَمَلائِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ
Artinya: “Rasul telah beriman kepada Al-Qur’an yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman. Semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, dan rasul-rasul-Nya.”
Bagi tiap-tiap orang yang beriman wajib meyakini kebenaran yang dibawa oleh para rasul, kemudian mengamalkan atau menepati kebenaran tersebut. Bagi umat Nabi Muhammad SAW tentulah kebenaran atau ajaran yang diamalkannya ialah yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW.
3. Tidak Membeda-bedakan antara Rasul Satu dan Rasul Lain
Seorang mukmin dituntut untuk meyakini semua rasul yang pernah diutus oleh Allah SWT. Tidak akan terlintas sedikit pun dalam hatinya untuk merendahkan salah satu dari Rasul-rasul Allah atau beriman kepada sebagian rasul dan kufur kepada sebagian yang lain. Sikap seorang mukmin adalah seperti yang digambarkan oleh Allah SWT dalam QS. Al-Baqarah: 285
لا نُفَرِّقُ بَيْنَ أَحَدٍ مِنْ رُسُلِهِ وَقَالُوا سَمِعْنَا وَأَطَعْنَا غُفْرَانَكَ رَبَّنَا وَإِلَيْكَ الْمَصِيرُ
Artinya: (Mereka mengatakan), “Kami tidak membeda-bedakan antara seseorang pun (dengan yang lain) dari rasul-rasul-Nya.” Dan mereka mengatakan, “Kami dengar dan kami taat.” (Mereka berdoa), “Ampunilah kami ya Tuhan kami, dan kepada Engkaulah tempat kembali.”
4. Menjadikan Para Rasul sebagai Uswah Hasanah
Para rasul yang ditetapkan oleh Allah SWT untuk memimpin umatnya adalah orang-orang pilihan di antara mereka. Sebelum menerima wahyu dari Allah SWT, mereka adalah orang-orang yang terpandang di lingkungan umatnya, sehingga selalu menjadi acuan perilaku atau suri tauladan bagi orang-orang di lingkungannya. Apalagi setelah menerima wahyu, keteladanan mereka tidak diragukan lagi, karena mereka selalu mendapat bimbingan dari Allah SWT.
Dalam QS. Al-Ahzab: 21 Allah SWT menegaskan sebagai berikut:
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا
Artinya: “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.”
Sebab itu, apa yang diucapkan atau yang dikerjakan Rasulullah harus dicontoh atau diikuti, dan sebaliknya apa-apa yang dilarangnya harus dihindari (QS. Al-Hasyr: 7).
Selain itu, keharusan kita meneladani Rasul-rasul Allah juga karena alasan-alasan berikut.
a. Semua rasul-rasul dima’shum oleh Allah SWT
Para rasul itu telah dipilih oleh Allah SWT sebagaimana firman-Nya dalam QS. Ali Imran: 23 yang artinya: “Sesungguhnya Allah telah memilih Adam, Nuh, keluarga Ibrahim, dan keluarga Imran di atas orang lain.” Allah menyucikan mereka dari kejahatan dan memeliharanya dari kemaksiatan, baik besar maupun kecil. Allah berfirman dalam QS. Ali Imran: 161 yang artinya: “Nabi itu tidak berkhianat.”
b. Semua Rasul Allah mempunyai sifat-sifat terpuji
Para rasul itu dihiasi oleh Allah dengan akhlak yang mulia seperti mempunyai sifat jujur, dapat dipercaya, menegakkan kebenaran, dan menyampaikan amanat. Di antara mereka ada yang sangat jujur, sebagaimana firman-Nya dalam QS. Maryam: 41 yang artinya: “Perhatikanlah cerita Ibrahim di dalam Al-Qur’an. Sesungguhnya dia sangat jujur dan seorang nabi.” Di antara mereka ada pula yang dipilih Allah dan diajari, sebagaimana firman Allah dalam QS. Yusuf: 6 yang artinya: “Seperti itu Tuhanmu memilihmu dan mengajarkan takwil mimpi kepadamu. Dia sempurnakan nikmat-Nya kepadamu dan kepada keluarga Yaqub sebagaimana Dia menyempurnakan nikmat-Nya kepada kedua orangtuamu dari sebelumnya, yaitu Ibrahim dan Ishak. Sesungguhnya Tuhanmu Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.”
Meskipun mereka berbeda dalam memperoleh keutamaan namun mereka tetap mencapai tujuan berupa ketinggian spiritual. Allah berfirman dalam QS. Al-Baqarah: 259 yang artinya: “Para rasul itu Kami utamakan sebagian dari sebagian yang lain. Di antara mereka ada yang bercakap-cakap dengan Allah. Allah meninggikan sebagian mereka dengan diberi beberapa derajat. Kami berikan kepada Isa putra Maryam beberapa keterangan dan Kami kuatkan dengan roh kudus (Jibril).”
5. Meyakini Rasul-rasul Allah sebagai Rahmat bagi Alam Semesta
Setiap rasul yang diutus oleh Allah SWT pasti membawa rahmat bagi umatnya. Artinya kedatangan rasul dengan membawa wahyu Allah adalah bukti kasih sayang (rahmat) Allah terhadap manusia. Rahmat itu akan betul-betul bisa diraih oleh manusia (umatnya) manakala mereka langsung merespon tugas rasul tersebut. Di dalam Al-Qur’an dikatakan bahwa diutusnya Nabi Muhammad SAW ke dunia merupakan rahmat (kesejahteraan) hidup di dunia dan akhirat. Sebagaimana firman Allah dalam QS. Al-Anbiya: 107
وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا رَحْمَةً لِلْعَالَمِينَ
Artinya: “Dan tidaklah Kami mengutus kamu (Muhammad) melainkan untuk menjadi rahmat bagi seluruh alam semesta.”
6. Meyakini Nabi Muhammad SAW sebagai Nabi dan Rasul Terakhir
Semua nabi mempunyai mempunyai misi untuk menyelamatkan dan mengeluarkan manusia dari kegelapan menuju cahaya. Selamanya mereka menjadi penganjur kebaikan, pemimpin kemaslahatan, dan pembawa obor di dunia yang gelap. Setiap dari mereka datang mengikuti yang lain dengan silih berganti untuk menyempurnakan tatanan atau bangunan yang telah dibina dan dibangun oleh nabi sebelumnya. Bangunan tersebut diperbaiki dan ditambah dengan batu bata sehingga menjadi sempurna dan utuh.
Tatanan dan bangunan tersebut menjadi sempurna dengan datangnya nabi terakhir, Muhammad SAW. Agamanya merupakan intisari agama-agama sebelumnya dan dakwahnya selalu elastis sepanjang masa. Di dalamnya terkandung beberapa elemen kehidupan dan pondasi kemaslahatan. Allah berfirman dalam QS. Al-Maidah: 3 yang artinya: “Pada hari ini Aku telah menyempurnakan agama kalian dan Aku sempurnakan nikmat-Ku untuk kalian dan Aku meridhai Islam sebagai agama kalian.”
7. Mencintai Rasul-rasul Allah SWT
Mencintai Rasul-rasul Allah SWT adalah suatu keniscayaan dan menduduki peringkat yang paling tinggi, tentu setelah kecintaan kepada Allah SWT, dibandingkan dengan kecintaan kepada selainnya. Seseorang belum dikatakan sungguh-sungguh mencintai Rasul-rasul Allah SWT jika ia masih menomorduakan kecintaan kepadanya di bawah kecintaan kepada selainnya.
Allah berfirman dalam QS. At-Taubah: 24 yang artinya: “Katakanlah, “Jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, istri-istri dan kaum keluarga kalian, juga harta kekayaan yang kalian khawatirkan kerugiannya, dan rumah-rumah tempat tinggal yang kalian sukai adalah lebih kalian cintai daripada Allah dan Rasul-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan (azab)-Nya.” Allah tidak memberikan petunjuk kepada orang-orang fasiq.”
Kecintaan kepada Allah SWT dan Rasul-Nya juga merupakan parameter keimanan seseorang. Lebih dari itu, manisnya iman akan dirasakan seorang muslim jika dia telah menjadikan Allah SWT dan Rasul-Nya lebih dia cintai daripada ragam kecintaannya kepada sekelilingnya. Rasulullah SAW telah bersabda:
ثَلاَثَةٌ مَنْ كَانَ فِيْهِ وَجَدَ حَلاَوَةَ الإِيْمَانِ : اَنْ يَكُوْنَ اللهُ وَرَسُوْلُهُ اَحَبَّ اِلَيْهِ مِمَّا سِوَاهُمَا وَاَنْ يُحِبَّ الْمَرْءَ لاَ يُحِبُّهُ اِلاَّ ِللهِ وَ اَنْ يَكْرَهَ اَنْ يَعُوْدَ فِِى الْكُفْرِ بَعْدَ اِذْ اَنْقَذَهُ اللهُ مِنْهُ كَمَا يَكْرَهُ اَنْ يُلْقَى فِى النَّارِ (رَوَاهُ الْبُخَارِى وَمُسْلِم عَنْ اَنَس)
Artinya: “Ada tiga perkara, siapa yang memilikinya, ia telah menemukan manisnya iman: 1) orang yang mencintai Allah dan Rasul-Nya lebih daripada yang lainnya; 2) orang yang mencintai seseorang hanya karena Allah; 3) orang yang tidak suka kembali kepada kekufuran sebagaimana ia tidak suka dilemparkan ke dalam api neraka.” (H.R. Muttafaq Alaih)
C. PERILAKU YANG MENCERMINKAN KESADARAN BERIMAN KEPADA RASUL-RASUL ALLAH SWT
Iman itu bukan hanya pengakuan di dalam hati. Akan tetapi juga membenarkan dengan lisan dan diwujudkan pula dengan amal perbuatan. Kalau kita sudah mengklaim bahwa kita seorang yang beriman kepada rasul, maka perkataan dan perbuatan kita pun juga harus mencerminkan keimanan kepada Rasul Allah SWT. Perilaku mulia yang dicerminkan oleh orang yang beriman kepada rasul adalah seperti berikut.
1. Menjunjung tinggi risalah (ajaran Allah SWT yang disampaikan rasul-Nya)
Allah SWT. Berfirman:
ۚ وَمَا آتَاكُمُ الرَّسُولُ فَخُذُوهُ وَمَا نَهَاكُمْ عَنْهُ فَانْتَهُوا ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۖ إِنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ
Artinya: “...Apa yang diberikan rasul kepadamu, maka terimalah. dan apa yang dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah. dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah amat keras hukuman-Nya.” (Q.S. Al-Hasyr: 7)
2. Melaksanakan seruannya untuk beribadah hanya kepada Allah SWT
Firman Allah SWT:
وَاعْبُدُوا اللَّهَ وَلا تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا
Artinya: “Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun...” (Q.S. an-Nisā: 36)
3. Giat dan rajin bekerja mencari rezeki yang halal, sesuai dengan keahliannya
Orang-orang yang beriman kepada rasul tidak akan menjadi orang-orang yang malas bekerja, duduk berpangku tangan, tidak mau berusaha sehingga hidupnya menjadi beban orang lain. Mereka menyadari bahwa memenuhi kebutuhan diri sendiri jauh lebih terhormat daripada karena belas kasihan dan pertolongan orang lain.
4. Selalu mengingat, memahami, dan berperilaku sesuai dengan tuntunan Rasulullah SAW
5. Melakukan usaha-usaha agar kualitas hidupnya meningkat ke derajat yang lebih tinggi. Usaha-usaha itu, misalnya seperti berikut.
a. Memelihara dan meningkatkan iman dan takwa kepada Allah SWT.
b. Memelihara dan meningkatkan kesehatan jasmani dan rohani.
c.Meningkatkan ilmu pengetahuan yang bermanfaat. Misalnya, ilmu pengetahuan tentang pertanian, perikanan, peternakan, teknologi, kedokteran, perdagangan, industri, transportasi, dan ekonomi. Ilmu-ilmu pengetahuan tersebut hendaknya digunakan sebagai bekal dalam beribadah dan usaha menyejahterakan umat manusia.
Allah Swt. berfirman:
يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ ۚ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ
Artinya: “...niscaya Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat. Dan Allah Mahateliti apa yang kamu kerjakan”. (Q.S al-Mujādilah/58: 11)
6. Terus berdakwah agar ajaran yang dibawa rasul tidak sirna
7. Taat beribadah kepada Allah SWT
Orang yang beriman kepada Rasul Allah semestinya ia adalah seorang ahli ibadah. Karena memang manusia diciptakan untuk beribadah kepada Allah swt. Sebagaimana yang difirmankan Allah dalam surat Adz Zariat: 56.
وَمَاخَلَقْتُ الْجِنَّ وَاْلإِنسَ إِلاَّلِيَعْبُدُونِ
Artinya:Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah pada-Ku.
8. Selalu menjadikan para rasul sebagai rujukan dalam bersikap
Bukti seseorang yang telah meneladani ajaran para rasul adalah dengan menjalankan perintahnya dalam kehidupan sehari-hari. Para rasul telah memiliki berbagai sifat istimewa, seperti dapat dipercaya, selalu menyampaikan tugasnya, selalu benar dalam ucapan dan tingkah laku, serta kecerdasan dan kebijaksanaan. Dengan demikian, kita dianjurkanuntuk meneladani para rasul dalam kehidupan sehari-hari sesuai kemampuan.
BAB 3
PENUTUP
Kesimpulan:
Iman kepada rasul adalah meyakini secara pasti bahwa Allah SWT mempunyai rasul-rasul, mereka sengaja dipilih Allah untuk menyampaikan risalah-Nya. Barang siapa mengikuti mereka maka mendapat petunjuk dan barang siapa yang mengingkarinya akan tersesat.
Terdapat beberapa nilai keimanan kepada Rasul-rasul Allah SWT, antara lain:
• Teguh keimanannya kepada Allah SWT
• Meyakini kebenaran yang dibawa para rasul
• Tidak membeda-bedakan antara rasul satu dan rasul lain
• Menjadikan para rasul sebagai uswah hasanah
• Meyakini rasul-rasul Allah sebagai rahmat bagi alam semesta
• Meyakini Nabi Muhammad SAW sebagai nabi dan rasul terakhir
• Mencintai Rasul-rasul Allah SWT
Selain itu juga terdapat beberapa perilaku yang mencerminkan keimanan kita kepada Rasul-rasul Allah SWT, yaitu:
• Menjunjung tinggi risalah (ajaran Allah SWT. yang disampaikan rasul-Nya)
• Melaksanakan seruannya untuk beribadah hanya kepada Allah SWT
• Giat dan rajin bekerja mencari rezeki yang halal, sesuai dengan keahliannya
• Selalu mengingat, memahami, dan berperilaku sesuai dengan tuntunan Rasulullah SAW
• Melakukan usaha-usaha agar kualitas hidupnya meningkat ke derajat yang lebih tinggi, seperti memelihara dan meningkatkan kesehatan jasmani dan rohani
• Terus berdakwah agar ajaran yang dibawa rasul tidak sirna
• Taat beribadah kepada Allah SWT
• Selalu menjadikan para rasul sebagai rujukan dalam bersikap
DAFTAR PUSTAKA
Depdikbud. Kamus Besar Bahasa Indonesia. 2005. Jakarta: Balai Pustaka
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Buku Siswa Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti kelas XI kurikulum 2013. 2014. Jakarta: Pusat Kurikulum Perbukuan, Balitbang, Kemdikbud
Sabiq, Sayid. Akidah Islam: Suatu Kajian yang Memposisikan Akal sebagai Mitra Wahyu. 1996. Surabaya: Al-Ikhlas
http://haryosongosongo.blogspot.co.id/2012/01/iman-kepada-rasul-allah.html diakses pada tanggal 24 April 2016 pukul 06.26 WIB
http://www.ipapedia.web.id/2015/04/tanda-tanda-iman-kepada-rasul-allah-swt.html diakses pada tanggal 24 April 2016 pukul 06.34 WIB
http://www.saefudin.info/2009/05/iman-kepada-rasul-rasul-allah.html#.VyMYVIF_50s diakses pada tanggal 29 April 2016 pukul 14.00 WIB
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Salah satu rukun iman yang harus diyakini oleh setiap muslim adalah iman kepada Rasul Allah SWT. Iman kepada rasul berarti meyakini bahwa rasul itu benar-benar utusan Allah SWT yang ditugaskan untuk membimbing umatnya ke jalan yang benar agar selamat di dunia dan akhirat. Allah telah mengutus nabi dan rasul untuk membimbing dan mengeluarkan manusia dari kegelapan menuju jalan yang terang. Jumlah rasul yang diutus Allah SWT sangat banyak, akan tetapi yang diceritakan di dalam Al-Qur’an berjumlah dua puluh lima orang. Allah SWT juga mewajibkan setiap muslim supaya beriman kepada semua rasul yang diutus oleh-Nya, tanpa membeda-bedakan antara rasul yang satu dan yang lainnya.
Mengimani Rasul-rasul Allah SWT merupakan kewajiban hakiki bagi seorang muslim karena merupakan bagian dari rukun iman yang tidak dapat ditinggalkan. Sebagai perwujudan iman tersebut, kita wajib menerima ajaran yang dibawa Rasul-rasul Allah SWT tersebut. Untuk itu, kami akan menguraikan dalam makalah ini mengenai nilai-nilai keimanan kepada Rasul-rasul Allah SWT dan perilaku yang mencerminkan kesadaran beriman kepada Rasul-rasul Allah SWT agar kita lebih mengerti mengenai nilai-nilai apa yang terkandung dalam keimanan seseorang kepada Rasul Allah serta perilaku apa saja yang bisa kita lakukan sebagai cerminan kesadaran beriman kepada Rasul Allah SWT.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian iman kepada Rasul-rasul Allah SWT?
2. Bagaimana nilai-nilai keimanan kepada Rasul-rasul Allah SWT?
3. Bagaimana perilaku yang mencerminkan kesadaran beriman kepada Rasul-rasul Allah SWT?
C. TUJUAN PENYUSUNAN
1. Untuk memenuhi tugas pembuatan makalah pada mata kuliah Akidah Akhlak di Sekolah dan Madrasah
2. Menambah wawasan tentang nilai-nilai keimanan kepada Rasul-rasul Allah SWT dan perilaku yang mencerminkan kesadaran beriman kepada Rasul-rasul Allah SWT
D. MANFAAT PENYUSUNAN
1. Mengetahui pengertian iman kepada Rasul-rasul Allah SWT
2. Memahami nilai-nilai keimanan kepada Rasul-rasul Allah SWT
3. Memahami perilaku yang mencerminkan kesadaran beriman kepada Rasul-rasul Allah SWT
BAB 2
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN IMAN KEPADA RASUL-RASUL ALLAH SWT
Iman kepada rasul adalah meyakini secara pasti bahwa Allah SWT mempunyai rasul-rasul, mereka sengaja dipilih Allah untuk menyampaikan risalah-Nya. Barang siapa mengikuti mereka maka mendapat petunjuk dan barang siapa yang mengingkarinya akan tersesat. Rasul adalah seseorang dengan jenis kelamin laki-laki yang mendapatkan wahyu dari Allah SWT dan memiliki kewajiban untuk menyebarkan wahyu tersebut. Sedangkan nabi adalah seorang dengan jenis kelamin laki-laki yang mendapatkan wahyu dari Allah SWT namun tidak mempunyai kewajiban untuk disebarkan kepada orang lain. Akan tetapi, wahyu itu diberikan untuk diamalkan oleh dirinya sendiri dan tidak ada keharusan untuk disampaikan kepada umatnya atau kaumnya.
Dari definisi nabi dan rasul di atas, maka dapat disimpulkan perbedaan antara nabi dan rasul antara lain :
• Nabi memperoleh wahyu hanya untuk dirinya sendiri, sedangkan Rasul tidak hanya untuk dirinya sendiri melainkan diperintahkan Allah untuk disampaikan kepada umatnya.
• Setiap nabi belum tentu rasul, tapi rasul pasti seorang nabi.
• Jumlah nabi sangat banyak bahkan ratusan ribu, tetapi jumlah rasul sangat sedikit. Namun, yang wajib diketahui dan diimani hanya 25 nabi. Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh At-Tirmidzi, dari Abi DzarbahwaRasulullah SAW bersabda yang artinya: “Ketika ditanya tentang jumlah para Nabi “Jumlah para Nabi itu 124.000 Nabi, lalu berapa jumlah Rasul di antara mereka? Beliau menjawab: 312“.
• Nabi yang pertama kali diutus ke muka bumi ialah Nabi Adam ‘alaihissalam, sedangkan rasul pertama ialah Nuh ‘alaihissalam. Nabi dan rasul penutup sekaligus menjadi nabi yang RahmatalLi’alamin ialah Nabi Muhamad SAW.
• Jenjang kerasulan lebih tinggi dibandingkan jenjang kenabian. Rasul diutus setelah menjadi nabi dan rasul lebih utama daripada nabi.
Al-Qur’an menyebut beberapa orang sebagai nabi, nabi pertama adalah Adam. Nabi sekaligus rasul terakhir ialah Muhammad yang ditugaskan untuk menyampaikan Islam dan peraturan yang khusus kepada manusia di zamannya hingga hari kiamat. Isa yang lahir dari perawan Maryam binti Imran juga merupakan seorang nabi. Selain ke-25 nabi sekaligus rasul, ada juga nabi lainnya seperti dalam kisah Khidir bersama Musa yang tertulis dalam Surah Al-Kahf: 66-82. Terdapat juga kisahUzayr dan Syamuil. Juga nabi-nabi yang tertulis di hadis dan Al-Qur’an, seperti Yusya’ bin Nun, Zulqarnain, Iys dan Syits. Sedangkan orang suci yang masih menjadi perdebatan sebagai seorang nabi atau hanya wali adalah Luqman al-Hakim dalam Surah Luqman.
Dari semuaRasul, hanya Nabi Muhamad SAW yang mendapat gelar resmi Rasulullah, yakni satu-satunya nabi dan rasul yang kewajibannya meliputi seluruh umat di seluruh alam. Beliau juga merupakan penutup para nabi. Dikatakan di atas bahwa Rasulallah, Muhammad SAW adalah penutup bagi para nabi, maka janganlah kita terkecoh atau terpengaruh jika ada yang mengaku bahwa dirinya adalah nabi, jika memang ada yang seperti itu sudah jelas bahwa itu adalah sebuah dusta, karena sesungguhnya tidak akan ada lagi nabi setelah Baginda Rasulullah SAW.
Adapun tugas-tugas rasul diantaranya:
1. Menyampaikan wahyu dari Allah SWT kepada umatnya.
2. Mengajak dan mentauhidkan Allah bahwa Allah lah yang wajib dan patut di sembah yang menciptakan alam semesta beserta isi-isinya.
3. Meluruskan umatnya dari segala bentuk kesesatan menuju jalan yang benar.
4. Memberikan kabar gembira kepada orang-orang yang beriman dan bertaqwa serta member peringatan kepada umat manusia.
Perintah untuk beriman kepada rasul terdapat dalam QS. Al-Baqarah: 285
ءَامَنَ الرَّسُولُ بِمَا أُنزِلَ إِلَيهِ مِن رَّبِّهِ وَالمُؤمِنُونَ كُلُّ ءَامَنَ بِاللهِ وَمَلئِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ لاَ نُفَرِّقُ بَيْنَ أَحَدٍ مِّن رُّسُلِهِ وَقَالُوا سَمِعْنَا وَأَطَعْنَا غُفْرَانَكَ رَبَّنَا وَإِلَيْكَ الْمَصِيرُ(البقرة : 285 )
Artinya: “Rasul telah beriman kepada Al-Qur’an yang diturunkan kepadanya daripada Tuhannya. Demikian pula orang yang beriman, semua beriman kepada Allah dan malaikat-Nya, kitab-Nya, dan rasul-Nya. (Mereka mengatakan), “Kami tidak membedakan seseorang pun (dengan yang lain) daripada rasul-Nya.” Dan mereka mengatakan, “Kami mendengar dan kami taat.” Mereka berdoa, “Ampunilah kami yaTuhan kami dan kepada Engkau tempat kami kembali.”
Sebagai muslim kita wajib mentaati perintah rasul, karena rasul adalah utusan Allah. Oleh karena itu mentaati rasul bererti mentaati perintah Allah, begitupun sebaliknya. Orang yang tidak mentaati perintah rasul bererti dia tidak beriman kepada rasul. Orang tidak beriman kepada rasul bererti dia tidak beriman kepada Allah. Tidak beriman kepada Allah balasannya akan masuk ke dalam neraka.
Adapun ciri-ciri orang yang beriman kepada ajaran rasul, yaitu:
• Yakin bahawa ajaran rasul adalah benar.
• Mentaati semua perintah rasul dan meninggalkan segala larangannya.
• Mencontoh akhlak pribadi rasul.
• Menjadikan ajaran rasul sebagai rujukan utama.
• Sentiasa memuliakan rasul.
B. NILAI-NILAI KEIMANAN KEPADA RASUL-RASUL ALLAH SWT
Nilai di sini diartikan sebagai sesuatu yang menyempurnakan keimanan seorang muslim kepada Rasul-rasul Allah SWT sesuai dengan hakikatnya. Di antara nilai-nilai keimanan kepada Rasul-rasul Allah SWT tersebut, antara lain:
1. Teguh Keimanannya kepada Allah SWT
Semakin kuat keimanan seseorang kepada para Rasul Allah, maka akan semakin kuat pula keimanannya kepada Allah SWT. Ketaatan kepada para rasul adalah bukti keimanan kepada Allah SWT. Seseorang tidak bisa dikatakan beriman kepada Allah SWT tanpa disertai keimanan kepada rasul-Nya. Banyak ayat al-Qur’an yang menyuruh taat kepada Allah SWT disertai ketaatan kepada para rasul-Nya, antara lain dalam QS. Ali-Imran: 32.
قُلْ أَطِيعُوا اللَّهَ وَالرَّسُولَ ۖ فَإِنْ تَوَلَّوْا فَإِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ الْكَافِرِينَ
Artinya: Katakanlah, “Taatilah Allah dan Rasul-Nya, jika kamu berpaling, maka sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang kafir”.
Dua kalimat syahadat sebagai rukun Islam pertama adalah pernyataan seorang muslim untuk tidak memisahkan antara keimanan kepada Allah SWT di satu sisi, dan keimanan kepada Rasul-rasul Allah di sisi lainnya. Dalam bahasa lain, beriman kepada para Rasul Allah dengan melaksanakan segala sunah-sunahnya dan menghindari apa yang dilarangnya adalah dalam rangka ketaatan kepada Allah SWT.
2. Meyakini Kebenaran yang Dibawa para Rasul
Kebenaran yang dibawa para rasul tidak lain adalah wahyu Allah baik yang berupa Al-Qur’an maupun hadis-hadisnya. Meyakini kebenaran wahyu Allah adalah masalah yang sangat prinsip bagi siapapun yang mencari jalan keselamatan, karena wahyu Allah sebagai sumber petunjuk bagi manusia.
Seseorang akan bisa meyakini kebenaran wahyu Allah, jika terlebih dahulu dia beriman kepada Rasul Allah sebagai pembawa wahyu tersebut. Mustahil ada orang yang langsung bisa menerima suatu kebenaran yang dibawa oleh orang lain, padahal dia tidak yakin bahkan tidak mengenal si pembawa kebenaran tersebut.
Allah berfirman dalam QS. Al-Baqarah: 285
آمَنَ الرَّسُولُ بِمَا أُنْزِلَ إِلَيْهِ مِنْ رَبِّهِ وَالْمُؤْمِنُونَ كُلٌّ آمَنَ بِاللَّهِ وَمَلائِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ
Artinya: “Rasul telah beriman kepada Al-Qur’an yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman. Semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, dan rasul-rasul-Nya.”
Bagi tiap-tiap orang yang beriman wajib meyakini kebenaran yang dibawa oleh para rasul, kemudian mengamalkan atau menepati kebenaran tersebut. Bagi umat Nabi Muhammad SAW tentulah kebenaran atau ajaran yang diamalkannya ialah yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW.
3. Tidak Membeda-bedakan antara Rasul Satu dan Rasul Lain
Seorang mukmin dituntut untuk meyakini semua rasul yang pernah diutus oleh Allah SWT. Tidak akan terlintas sedikit pun dalam hatinya untuk merendahkan salah satu dari Rasul-rasul Allah atau beriman kepada sebagian rasul dan kufur kepada sebagian yang lain. Sikap seorang mukmin adalah seperti yang digambarkan oleh Allah SWT dalam QS. Al-Baqarah: 285
لا نُفَرِّقُ بَيْنَ أَحَدٍ مِنْ رُسُلِهِ وَقَالُوا سَمِعْنَا وَأَطَعْنَا غُفْرَانَكَ رَبَّنَا وَإِلَيْكَ الْمَصِيرُ
Artinya: (Mereka mengatakan), “Kami tidak membeda-bedakan antara seseorang pun (dengan yang lain) dari rasul-rasul-Nya.” Dan mereka mengatakan, “Kami dengar dan kami taat.” (Mereka berdoa), “Ampunilah kami ya Tuhan kami, dan kepada Engkaulah tempat kembali.”
4. Menjadikan Para Rasul sebagai Uswah Hasanah
Para rasul yang ditetapkan oleh Allah SWT untuk memimpin umatnya adalah orang-orang pilihan di antara mereka. Sebelum menerima wahyu dari Allah SWT, mereka adalah orang-orang yang terpandang di lingkungan umatnya, sehingga selalu menjadi acuan perilaku atau suri tauladan bagi orang-orang di lingkungannya. Apalagi setelah menerima wahyu, keteladanan mereka tidak diragukan lagi, karena mereka selalu mendapat bimbingan dari Allah SWT.
Dalam QS. Al-Ahzab: 21 Allah SWT menegaskan sebagai berikut:
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا
Artinya: “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.”
Sebab itu, apa yang diucapkan atau yang dikerjakan Rasulullah harus dicontoh atau diikuti, dan sebaliknya apa-apa yang dilarangnya harus dihindari (QS. Al-Hasyr: 7).
Selain itu, keharusan kita meneladani Rasul-rasul Allah juga karena alasan-alasan berikut.
a. Semua rasul-rasul dima’shum oleh Allah SWT
Para rasul itu telah dipilih oleh Allah SWT sebagaimana firman-Nya dalam QS. Ali Imran: 23 yang artinya: “Sesungguhnya Allah telah memilih Adam, Nuh, keluarga Ibrahim, dan keluarga Imran di atas orang lain.” Allah menyucikan mereka dari kejahatan dan memeliharanya dari kemaksiatan, baik besar maupun kecil. Allah berfirman dalam QS. Ali Imran: 161 yang artinya: “Nabi itu tidak berkhianat.”
b. Semua Rasul Allah mempunyai sifat-sifat terpuji
Para rasul itu dihiasi oleh Allah dengan akhlak yang mulia seperti mempunyai sifat jujur, dapat dipercaya, menegakkan kebenaran, dan menyampaikan amanat. Di antara mereka ada yang sangat jujur, sebagaimana firman-Nya dalam QS. Maryam: 41 yang artinya: “Perhatikanlah cerita Ibrahim di dalam Al-Qur’an. Sesungguhnya dia sangat jujur dan seorang nabi.” Di antara mereka ada pula yang dipilih Allah dan diajari, sebagaimana firman Allah dalam QS. Yusuf: 6 yang artinya: “Seperti itu Tuhanmu memilihmu dan mengajarkan takwil mimpi kepadamu. Dia sempurnakan nikmat-Nya kepadamu dan kepada keluarga Yaqub sebagaimana Dia menyempurnakan nikmat-Nya kepada kedua orangtuamu dari sebelumnya, yaitu Ibrahim dan Ishak. Sesungguhnya Tuhanmu Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.”
Meskipun mereka berbeda dalam memperoleh keutamaan namun mereka tetap mencapai tujuan berupa ketinggian spiritual. Allah berfirman dalam QS. Al-Baqarah: 259 yang artinya: “Para rasul itu Kami utamakan sebagian dari sebagian yang lain. Di antara mereka ada yang bercakap-cakap dengan Allah. Allah meninggikan sebagian mereka dengan diberi beberapa derajat. Kami berikan kepada Isa putra Maryam beberapa keterangan dan Kami kuatkan dengan roh kudus (Jibril).”
5. Meyakini Rasul-rasul Allah sebagai Rahmat bagi Alam Semesta
Setiap rasul yang diutus oleh Allah SWT pasti membawa rahmat bagi umatnya. Artinya kedatangan rasul dengan membawa wahyu Allah adalah bukti kasih sayang (rahmat) Allah terhadap manusia. Rahmat itu akan betul-betul bisa diraih oleh manusia (umatnya) manakala mereka langsung merespon tugas rasul tersebut. Di dalam Al-Qur’an dikatakan bahwa diutusnya Nabi Muhammad SAW ke dunia merupakan rahmat (kesejahteraan) hidup di dunia dan akhirat. Sebagaimana firman Allah dalam QS. Al-Anbiya: 107
وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا رَحْمَةً لِلْعَالَمِينَ
Artinya: “Dan tidaklah Kami mengutus kamu (Muhammad) melainkan untuk menjadi rahmat bagi seluruh alam semesta.”
6. Meyakini Nabi Muhammad SAW sebagai Nabi dan Rasul Terakhir
Semua nabi mempunyai mempunyai misi untuk menyelamatkan dan mengeluarkan manusia dari kegelapan menuju cahaya. Selamanya mereka menjadi penganjur kebaikan, pemimpin kemaslahatan, dan pembawa obor di dunia yang gelap. Setiap dari mereka datang mengikuti yang lain dengan silih berganti untuk menyempurnakan tatanan atau bangunan yang telah dibina dan dibangun oleh nabi sebelumnya. Bangunan tersebut diperbaiki dan ditambah dengan batu bata sehingga menjadi sempurna dan utuh.
Tatanan dan bangunan tersebut menjadi sempurna dengan datangnya nabi terakhir, Muhammad SAW. Agamanya merupakan intisari agama-agama sebelumnya dan dakwahnya selalu elastis sepanjang masa. Di dalamnya terkandung beberapa elemen kehidupan dan pondasi kemaslahatan. Allah berfirman dalam QS. Al-Maidah: 3 yang artinya: “Pada hari ini Aku telah menyempurnakan agama kalian dan Aku sempurnakan nikmat-Ku untuk kalian dan Aku meridhai Islam sebagai agama kalian.”
7. Mencintai Rasul-rasul Allah SWT
Mencintai Rasul-rasul Allah SWT adalah suatu keniscayaan dan menduduki peringkat yang paling tinggi, tentu setelah kecintaan kepada Allah SWT, dibandingkan dengan kecintaan kepada selainnya. Seseorang belum dikatakan sungguh-sungguh mencintai Rasul-rasul Allah SWT jika ia masih menomorduakan kecintaan kepadanya di bawah kecintaan kepada selainnya.
Allah berfirman dalam QS. At-Taubah: 24 yang artinya: “Katakanlah, “Jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, istri-istri dan kaum keluarga kalian, juga harta kekayaan yang kalian khawatirkan kerugiannya, dan rumah-rumah tempat tinggal yang kalian sukai adalah lebih kalian cintai daripada Allah dan Rasul-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan (azab)-Nya.” Allah tidak memberikan petunjuk kepada orang-orang fasiq.”
Kecintaan kepada Allah SWT dan Rasul-Nya juga merupakan parameter keimanan seseorang. Lebih dari itu, manisnya iman akan dirasakan seorang muslim jika dia telah menjadikan Allah SWT dan Rasul-Nya lebih dia cintai daripada ragam kecintaannya kepada sekelilingnya. Rasulullah SAW telah bersabda:
ثَلاَثَةٌ مَنْ كَانَ فِيْهِ وَجَدَ حَلاَوَةَ الإِيْمَانِ : اَنْ يَكُوْنَ اللهُ وَرَسُوْلُهُ اَحَبَّ اِلَيْهِ مِمَّا سِوَاهُمَا وَاَنْ يُحِبَّ الْمَرْءَ لاَ يُحِبُّهُ اِلاَّ ِللهِ وَ اَنْ يَكْرَهَ اَنْ يَعُوْدَ فِِى الْكُفْرِ بَعْدَ اِذْ اَنْقَذَهُ اللهُ مِنْهُ كَمَا يَكْرَهُ اَنْ يُلْقَى فِى النَّارِ (رَوَاهُ الْبُخَارِى وَمُسْلِم عَنْ اَنَس)
Artinya: “Ada tiga perkara, siapa yang memilikinya, ia telah menemukan manisnya iman: 1) orang yang mencintai Allah dan Rasul-Nya lebih daripada yang lainnya; 2) orang yang mencintai seseorang hanya karena Allah; 3) orang yang tidak suka kembali kepada kekufuran sebagaimana ia tidak suka dilemparkan ke dalam api neraka.” (H.R. Muttafaq Alaih)
C. PERILAKU YANG MENCERMINKAN KESADARAN BERIMAN KEPADA RASUL-RASUL ALLAH SWT
Iman itu bukan hanya pengakuan di dalam hati. Akan tetapi juga membenarkan dengan lisan dan diwujudkan pula dengan amal perbuatan. Kalau kita sudah mengklaim bahwa kita seorang yang beriman kepada rasul, maka perkataan dan perbuatan kita pun juga harus mencerminkan keimanan kepada Rasul Allah SWT. Perilaku mulia yang dicerminkan oleh orang yang beriman kepada rasul adalah seperti berikut.
1. Menjunjung tinggi risalah (ajaran Allah SWT yang disampaikan rasul-Nya)
Allah SWT. Berfirman:
ۚ وَمَا آتَاكُمُ الرَّسُولُ فَخُذُوهُ وَمَا نَهَاكُمْ عَنْهُ فَانْتَهُوا ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۖ إِنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ
Artinya: “...Apa yang diberikan rasul kepadamu, maka terimalah. dan apa yang dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah. dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah amat keras hukuman-Nya.” (Q.S. Al-Hasyr: 7)
2. Melaksanakan seruannya untuk beribadah hanya kepada Allah SWT
Firman Allah SWT:
وَاعْبُدُوا اللَّهَ وَلا تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا
Artinya: “Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun...” (Q.S. an-Nisā: 36)
3. Giat dan rajin bekerja mencari rezeki yang halal, sesuai dengan keahliannya
Orang-orang yang beriman kepada rasul tidak akan menjadi orang-orang yang malas bekerja, duduk berpangku tangan, tidak mau berusaha sehingga hidupnya menjadi beban orang lain. Mereka menyadari bahwa memenuhi kebutuhan diri sendiri jauh lebih terhormat daripada karena belas kasihan dan pertolongan orang lain.
4. Selalu mengingat, memahami, dan berperilaku sesuai dengan tuntunan Rasulullah SAW
5. Melakukan usaha-usaha agar kualitas hidupnya meningkat ke derajat yang lebih tinggi. Usaha-usaha itu, misalnya seperti berikut.
a. Memelihara dan meningkatkan iman dan takwa kepada Allah SWT.
b. Memelihara dan meningkatkan kesehatan jasmani dan rohani.
c.Meningkatkan ilmu pengetahuan yang bermanfaat. Misalnya, ilmu pengetahuan tentang pertanian, perikanan, peternakan, teknologi, kedokteran, perdagangan, industri, transportasi, dan ekonomi. Ilmu-ilmu pengetahuan tersebut hendaknya digunakan sebagai bekal dalam beribadah dan usaha menyejahterakan umat manusia.
Allah Swt. berfirman:
يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ ۚ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ
Artinya: “...niscaya Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat. Dan Allah Mahateliti apa yang kamu kerjakan”. (Q.S al-Mujādilah/58: 11)
6. Terus berdakwah agar ajaran yang dibawa rasul tidak sirna
7. Taat beribadah kepada Allah SWT
Orang yang beriman kepada Rasul Allah semestinya ia adalah seorang ahli ibadah. Karena memang manusia diciptakan untuk beribadah kepada Allah swt. Sebagaimana yang difirmankan Allah dalam surat Adz Zariat: 56.
وَمَاخَلَقْتُ الْجِنَّ وَاْلإِنسَ إِلاَّلِيَعْبُدُونِ
Artinya:Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah pada-Ku.
8. Selalu menjadikan para rasul sebagai rujukan dalam bersikap
Bukti seseorang yang telah meneladani ajaran para rasul adalah dengan menjalankan perintahnya dalam kehidupan sehari-hari. Para rasul telah memiliki berbagai sifat istimewa, seperti dapat dipercaya, selalu menyampaikan tugasnya, selalu benar dalam ucapan dan tingkah laku, serta kecerdasan dan kebijaksanaan. Dengan demikian, kita dianjurkanuntuk meneladani para rasul dalam kehidupan sehari-hari sesuai kemampuan.
BAB 3
PENUTUP
Kesimpulan:
Iman kepada rasul adalah meyakini secara pasti bahwa Allah SWT mempunyai rasul-rasul, mereka sengaja dipilih Allah untuk menyampaikan risalah-Nya. Barang siapa mengikuti mereka maka mendapat petunjuk dan barang siapa yang mengingkarinya akan tersesat.
Terdapat beberapa nilai keimanan kepada Rasul-rasul Allah SWT, antara lain:
• Teguh keimanannya kepada Allah SWT
• Meyakini kebenaran yang dibawa para rasul
• Tidak membeda-bedakan antara rasul satu dan rasul lain
• Menjadikan para rasul sebagai uswah hasanah
• Meyakini rasul-rasul Allah sebagai rahmat bagi alam semesta
• Meyakini Nabi Muhammad SAW sebagai nabi dan rasul terakhir
• Mencintai Rasul-rasul Allah SWT
Selain itu juga terdapat beberapa perilaku yang mencerminkan keimanan kita kepada Rasul-rasul Allah SWT, yaitu:
• Menjunjung tinggi risalah (ajaran Allah SWT. yang disampaikan rasul-Nya)
• Melaksanakan seruannya untuk beribadah hanya kepada Allah SWT
• Giat dan rajin bekerja mencari rezeki yang halal, sesuai dengan keahliannya
• Selalu mengingat, memahami, dan berperilaku sesuai dengan tuntunan Rasulullah SAW
• Melakukan usaha-usaha agar kualitas hidupnya meningkat ke derajat yang lebih tinggi, seperti memelihara dan meningkatkan kesehatan jasmani dan rohani
• Terus berdakwah agar ajaran yang dibawa rasul tidak sirna
• Taat beribadah kepada Allah SWT
• Selalu menjadikan para rasul sebagai rujukan dalam bersikap
DAFTAR PUSTAKA
Depdikbud. Kamus Besar Bahasa Indonesia. 2005. Jakarta: Balai Pustaka
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Buku Siswa Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti kelas XI kurikulum 2013. 2014. Jakarta: Pusat Kurikulum Perbukuan, Balitbang, Kemdikbud
Sabiq, Sayid. Akidah Islam: Suatu Kajian yang Memposisikan Akal sebagai Mitra Wahyu. 1996. Surabaya: Al-Ikhlas
http://haryosongosongo.blogspot.co.id/2012/01/iman-kepada-rasul-allah.html diakses pada tanggal 24 April 2016 pukul 06.26 WIB
http://www.ipapedia.web.id/2015/04/tanda-tanda-iman-kepada-rasul-allah-swt.html diakses pada tanggal 24 April 2016 pukul 06.34 WIB
http://www.saefudin.info/2009/05/iman-kepada-rasul-rasul-allah.html#.VyMYVIF_50s diakses pada tanggal 29 April 2016 pukul 14.00 WIB
0 komentar:
Posting Komentar