Minggu, 29 November 2015

HUKUM BACAAN

A.    MAKHARIJUL HURUF DAN SHIFATUL HURUF
1.    Makharijul Huruf
Secara bahasa, makhaarij berarti keluar. Sedangkan secara istilah, makharijul huruf berarti tempat-tempat keluar huruf dari mulut pembaca. Seseorang tidak akan dapat membedakan huruf tertentu tanpa mnegerti atau melafalkan huruf-huruf itu pada tempat asalnya. Karena itu sangat penting mempelajari makharijul huruf agar pembaca terhindar dari kesalahan pengucapan huruf yang mengakibakan berubahnya makna serta kekaburan bentuk-bentuk bunyi huruf sehingga tidak dapat dibedakan huruf satu dengan yang lain.
Umumnya terdapat lima tempat keluarnya huruf, yakni:
a.    Al-Jauf → tempat keluar huruf dari tenggorokan dan mulut.
Hurufnya: ا، و، ي
b.    Al-Halq → tempat keluarnya huruf dari tenggorokan.
Hurufnya: ء، ه، ح، خ، ع، غ
c.    Al-Lisan →tempat keluarnya huruf dari lidah.
Hurufnya: ق، ك، ش، ج، ي، ض، ن، ل، ر، د، ط، ت، ظ، ث، ذ، س، ز، ص
d.    Asy-Syafatain →tempat keluarnya huruf dari kedua bibir.
Hurufnya: ف، ب، و، م
e.    Al-Khaisyum →tempat keluarnya huruf dari pangkal hidung.
Hurufnya: huruf gunnah
2.    Shifatul Huruf
Tujuan mempelajari shifatul huruf adalah agar huruf yang keluar dari mulut kita semakin sesuai dengan keaslian huruf-huruf al-Qur’an. Sifat-sifat huruf dalam al-Qur’an terbagi menjadi dua, yaitu:
a.    Sifat yang memiliki lawan kata, antara lain:
•    Al-Hams (samar atau tidak terang), huruf apabila diucapkan atau dimatikan berdesis (napas terlepas).
Hurufnya: شَخْصٌ سَكَت فَحَثُهُ
•    Al-Jahr (tampak atau terang), huruf apabila diucapkan atau dimatikan tidak mengeluarkan napas (napas tertahan).
Hurufnya: semua huruf selain huruf hams.
•    Al-Syiddah (kuat), huruf apabila diucapkan atau dimatikan suaranya tertahan atau berhenti.
Hurufnya: أَجدْقَطّ بَكَتْ
•    Al-Rikhwah (lunak atau kendor), huruf apabila diucapkan atau dimatikan suaranya terlepas atau masih berjalan beserta huruf itu.
Hurufnya: semua huruf selain huruf syiddah dan huruf tawassuth.
•    Al-Tawassuth (tengah-tengah), huruf apabila diucapkan atau dimatikan suaranya antara tertahan dan terlepas, yakni antara syiddah dan rikhwah.
Hurufnya: لنْعُمَرْ
•    Al-Isti’laa’ (naik atau terangkat), ketika mengucapkan huruf, lidah terangkat atau naik ke langit-langit mulut.
Hurufnya: خٌصَضَغْطقظْ
•    Al-Istifaal (turun atau ke bawah), ketika mengucapkan huruf, lidah turun ke dasar mulutnya.
Hurufnya: semua huruf selain huruf isti’laa’.
•    Al-Ithbaaq (melekat), lidah melekat pada langit-langit mulut ketika mengucapkan huruf.
Hurufnya: صضطظ
•    Al-Infitaah (terbuka), lidah merenggang dari langit-langit mulut ketika mengucapkan huruf.
Hurufnya: semua huruf selain huruf ithbaaq.
•    Al-Ithlaaq (ujung), huruf-huruf yang keluar dari ujung lidah atau ujung bibir.
Hurufnya: فرَّمنْ لُبّ
•    Al-Ishmaat (menahan atau diam), huruf-huruf yang tidak bertempat di ujung lidah atau ujung bibir.
Hurufnya: semua huruf selain huruf ithlaaq.

b.    Sifat-sifat yang tidak memiliki lawan kata, antara lain:
•    Al-Shaafir (siul atau seruit), huruf-huruf yang mempunyai suara seruit bagaikan siul burung atau belalang (suara keluar dari dua bibir).
Hurufnya: صزس
•    Al-Qalqalah (goncang atau bergetar), huruf apabila diucapkan terjadi goncangan pada makhrajnya sehingga terdengar pantulan suara yang kuat.
Hurufnya: قُطْبُجُدّ
•    Al-Laiin (lunak atau lembut), mengeluarkan huruf secara lunak tanpa paksaan.
Contoh: أوْأيْ
•    Al-Inhiraaf (condong), condongnya huruf dari makhrajnya sendiri kepada makhraj lain, yaitu shifatnya huruf ل dan ر.
•    Al-Takriir (mengulang-ulang), ujung lidah tergetar ketika mengucap huruf ر akant tetapi yang dimaksud ialah jika mengucap ra, supaya ujung lidahnya tidak terlalu bergetar.
•    Al-Tafasysyiy (meluas atau tersebar), meratanya angin dalam mulut ketika mengucapkan huruf ش higga bersambung dengan makhraj ظ
•    Al-Istithaalah (memanjang), memanjangkan suara dari awal sisi lidah sampai akhirnya seperti suara dla, dari permulaan tepi lidah hingga penghabisan lidah (bersambung dengan huruf ل).
•    Al-Ghunnah (dengung), suara dengung yang enak dalam hidung yang tersusun dalam huruf lam dan nun, baik hidup maupun mati yang idzhar, ikhfa atau idgham.

B.    GHUNNAH MUSYADDAH DAN IDGHAM
1. Ghunnah Musyaddah
Ghunnah secara bahasa berarti dengung atau mendengung. Sedangkan secara istilah adalah suara yang nyaring atau jelas yang keluar dari lobang hidung, dengan tidak menggunakan lidah ketika mengucapkannya. Musyaddah artinya bertasydid. Jadi, arti ghunnah musyaddah adalah membaca mendengung sebagai akibat dari huruf-huruf yang ditasydidkan.
Huruf hijaiyah akan dibaca ghunnah apabila ada mim bertasydid dan nun bertasydid. Dalam hukum bacaan ghunnah musyaddah cara membacanya dengan mendengung beserta memanjangkan 1,5 alif atau 3 ketukan. Panjang tersebut berlaku di saat waqaf (berhenti) maupun washal (tidak berhenti).
2. Idgham
Idgham secara bahasa berarti memasukkan. Sedangkan menurut istilah berarti mengucapkan dua huruf menjadi satu huruf dan yang kedua menjadi bertasydid. Hukum bacaan idgham dibagi menjadi 3, yaitu:
a. Idgham Mutamasilain
Mutamasilain artinya dua hal yang sama. Secara terminologi diartikan sebagai bertemunya dua huruf yang sama, baik makhraj maupun sifatnya. Cara membacanya ialah dengan memasukkan huruf yang pertama kepada huruf yang kedua sehingga menjadi satu huruf dengan pengucapan, bukan dengan tulisan. Cara memasukkan huruf dilakukan dengan mentasydidkan huruf kedua. Kemudian apabila proses idgham ini terjadi pada huruf yang termasuk huruf qalqalah, maka suara qalqalahnya menjadi tidak tampak.
b.    Idgham Mutajanisain
Mutajanisain artinya dua hal yang sejenis. Secara terminologi diartikan sebagai bertemunya dua huruf yang sama makhrajnya, tetapi berbeda sifatnya. Cara membacanya dengan memasukkan suatu huruf yang pertama kepada huruf yang kedua sehingga menjadi satu huruf dalam pengucapan, bukan tulisan.
c.    Idgham Mutaqoribain
Mutaqoribain artinya dua hal yang berdekatan. Secara terminologi diartikan (bertemunya) dua huruf yang berdekatan makhrajnya tetapi sifat berlainan. Cara membacanya tidak berbeda dengan idgham mutajanisain, yaitu dengan memasukkan huruf yang pertama kepada huruf kedua sehingga menjadi satu huruf dalam pengucapan.

C.    HUKUM BACAAN NUN SUKUN ATAU TANWIN
Nun sukun atau tanwin apabila bertemu dengan huruf-huruf hijaiyyah, hukum bacaannya terdiri dari idzhar halqiy, ikhfa’, iqlab, idgham bi ghunah dan idgham bi la ghunnah.
    1. Idzhar Halqi
    Idzhar artinya jelas, halqiy artinya tenggorokan. Apabila adan nun mati atau tanwin bertemu dengan salah satu huruf halqiy hukum bacaannya disebut idzhar halqiy. Hurufnya: ا ح خ ع غ ه
2. Ikhfa Haqiqi
Ikhfa’ artinya menyembunyikan, haqiqi artinya sebenarnya. Hukum bacaan disebut ikhfa’ apabila nu mati atau tanwin bertemu dengan salah satu huruf ikhfa’, yaitu: ت ث ج د ذ ز س ش ص ض ط ظ ف ق ك
3.    Iqlab
Iqlab artinya membalik atau mengganti. Apabila nun mati atau tanwin bertemu huruf ba’ maka hukum bacaannya disebut iqlab. Cara membacanya adalah bunyi nun atau tanwin berubah menjadi mim. Huruf iqlab hanya satu, yakni ba’.
4.    Idgham
a.    Idgham bi ghunnah
Idgham artinya memasukkan, bi artinya dengan, ghunnah artinya dengung. Apabila ada nun sukun atau tanwin bertemu dengan huruf ya’, nun, mimi dan wawu maka hukum bacaannya disebut idgham bighunnah yang berarti harus dibaca dengan dimasukkan atau ditasydidkan ke dalam salah satu huruf yang empat itu dengan suara mendengung.
b.    Idgham bi la ghunnah
Idgham artinya memasukkan, bi artinya dengan, la artinya tidak, ghunnah artinya dengung. Apabila ada nun sukun atau tanwin bertemu dengan huruf lam atau ra’, maka hukum bacaannya adalah idgham bi la ghunnah yang membacanya dengan cara memasukkan dengan tanpa mendengung.

D.    HUKUM MIM SUKUN
Apabila ada mim mati bertemu dengan salah satu huruf hijaiyyah, maka hukumnya ada 3, yakni idgham mimi, ikhfa’ syafawi dan idhhar syafawi.
    1. Ikhfa’ Syafawi
    Apabila ada mim sukun bertemu dengan huruf ba’ maka hukum bacaannya disebut ikhfa’ syafawi. Ikhfa’ bermakna samar, sedangkan syafawi bermakna bibir (karena huruf mim termasuk huruf syafawiyyah atau huruf yang keluar dari bibir). Apabila mim sukun bertemu dengan huruf ba’ maka suara mim sukunnya harus dibaca samar antara mim dan ba’, ditahan kira-kira dua ketukan dan seraya mengelyarkan suara ghunnah (dengung dari pangkal hidung).
2. Idgham Mislain/Mimi
Hukum bacaannya disebut idgham misain atau mimi apabila mim sukun bertemu mim. Cara membacanya dengan memasukkan huruf pertama pada huruf yang kedua atau dengan mentasydidkannya. Sedangkan lama bacaannya satu alif atau dua harakat.
3. Idzhar Syafawi
Apabila ada mim sukun bertemu dengan salah satu huruf yang 26, yakni semua huruf hijaiyyah selain huruf mim dan ba’ maka hukum bacaannya disebut idzhar syafawi. Jadi, harus dibaca yang terang di bibir dengan mulut tertutup dan harus lebih dijelaskan lagi apabila bertemu dengan huruf wawu dan fa’. Idzhar syafawi adalah mengucapkan atau mengeluarkan huruf mim yang bersukun  dari makhrajnya dengan tanpa ghunnah.

E.    TAFKHIM DAN TARQIQ
1. Hukum Bacaan Ro’
a.    Tafkhim  menurut bahasa adalah at-tasmin, artinya tebal atau gemuk. Sedangkan secara istilah adalah mengucapkan huruf dengan tebal sampai memenuhi mulut ketika mengucapkannya. Beberapa kondisi yang menyebabkan huruf ro’ dibaca tafkhim, antara lain:
•    Apabila huruf ro’ berharakat dhammah atau fathah, baik ketika waqaf maupun washal
•    Apabila huruf ro’ dalam keadaan mati (asli) dan huruf sebelumnya berharakat fathah atau dhammah
•    Apabila huruf ro’ mati karena dibaca waqaf (sukun aridli) dan huruf sebelumnya berharakat fathah atau dhammah
•    Apabila huruf ro’ mati karena dibaca waqaf dan huruf sebelumnya berharakat fathah atau dhammah, kemudian di antara ro’ mati dan huruf yang berharakat tersebut ada huruf mati
•    Apabila huruf ro’ mati karena dibaca waqaf dan hruf sebelumnya berharakat fathah atau dhammah dan di antaranya ada huruf mas,alif atau wawu
•    Apabila huruf ro’ mati didahului oleh huruf yang berharakat kasrah aridli (kasrah tamahan)
•    Apabila huruf ro’ mati dalam kalimat dan didahului oleh huruf yang berharakat kasrah asli dan sesudahnya menghadapi huruf isti’la yang berharakat selain kasrah
Cara mengucapkan ro’ tafkhim ini ialah dean menghimpun ketebalan suara di dalam mulut sehingga pada waktu pengucapannya mulut seolah-olah penug dengan suara ro’. Proses pentafkhiman hanya terjadi pada ujung lidah dan tidak sampai ke pangkal lida, sehingga ro’ tidak sampai berubah menjadi isti’la.
    b. Tarqiq  menurut bahasa adalah at-tahnif yang artinya kurus atau tipis. Sedangkan secara istilah berarti mengucapkan huruf dangan ringan atau tipis sehingga tidak sampai memenuhi mulut ketika pengucapannya. Beberapa kondisi yang menyebabkan ro’ dibaca tarqiq adalah:
•    Huruf ro’ yang berharakat kasrah atau tanwin kasrah
•    Huruf ro’ yang mati karena waqaf, sedangkan sebelum ro’ ada huruf ya’ yang mati. Dan sebelum huruf ya’mati ada huruf yang berharakat fathah atau kasrah
•    Huruf ro’ yang mati sedangkan huruf sebelumnya berharakat kasrah asli dan huruf sesudahnya bukan huruf isti’la
2. Hukum Lam Jalalah
            Lam jalalah adalah huruf lam yang terdapat pada lafadz Allah. Pada umumnya hukum lam itu dibaca tarqiq kecuali pada lafadz Allah atau lamnya lafadz jalalah, cara membacanya ada dua, yakni:
a.    Taghlizh  secara bahasa berarti tebal, sedangkan secara istilah adalah mengucapkan huruf dengan tebal sampai memenuhi mulut ketika mengucapkannya. Ketika mengucap lam jalalah yang berhukum taghlizh harus tebal, sehingga suara yang keluar tidak berbunyi “a” tetapi mendekati bunyi “o”. Ini terjadi apabila didahhului oleh huruf berharakat fathah atau dhammah.
b.    Tarqiq  secara bahasa berarti tipis, sedangkan secara istilah berarti mengucapkan huruf dengan ringan sehingga tidak sampai memenuhi mulut ketika mengucapkannya. Bunyi lam jalalah yang dihukumi tarqiq harus dibaca tipis, sehingga suara yang keluar seperti bunyi “a”, bukan “o”. Ini terjadi apabila didahului oleh huruf berharakat kasrah.

F.    HUKUM BACAAN LAM TA’RIF
1. Alif-lamQamariyyah  dalam penulisannya alif lam qamariyyah memakai tanda sukun pada huruf lam sebagai tanda bahwa huruf terseut harus dibaca jelas dan terang. Hurufnya: ء ب ع غ ج ح خ ك و ف ق ي م ه
2. Alif-lam Syamsiyyah  suara alif diidghamkan atau dimasukkan ke dalam huruf syamsiyyah yang ada di hadapannya. Akibatnya suara alif-lam pun menjadi hilang karena ditukar dengan huruf syamsiyyah yang berjumlah 14 huruf, yakni: ط ث ص ر ت ض ذ ن د س ز ش ل

G.    QALQALAH
Qalqalah menurut bahasa artinya bergerak atau bergetar. Sedangkan secara istilah ialah suara tambahan (pantulan) yang kuat dan jelas yang terjadi pada huruf yang bersukun setelah menekan pada makhraj huruf tersebut. Huruf qalqalah ada 5, yakni: قطبجد
    1. Qalqalah Shugra
    Shugra artinya kecil, menurut istilah qalqalah shugra ialah apabila huruf qalqalah bersukun asli atau bersukun di tengah kalimat.
2. Qalqalah Kubra
        Kubra artinya besar, menurut istilah qalqalah kubra ialah apabila bersukun aridh karena diwaqafkan. Dengan kata lain huruf tersebut asalnya berharakat tetapi menjadi bersukun karena dibaca waqaf, serta bersukun di akhir kalimat.

0 komentar:

Posting Komentar

 
Template designed by Liza Burhan