BAB 1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Sebagai calon pendidik, kita harus mengetahui bagaimana perkembangan peserta didik, baik perkembangan fisik maupun psikologisnya. Kita harus tahu di usia sekian apakah seorang anak sudah berkembang secara normal atau tidak. Dengan begitu kita dapat memberikan apa yang sebenarnya dibutuhkan oleh masing-masing peserta didik.
Oleh karena itu, di sini saya mencoba untuk membahas masalah mengenai perkembangan anak usia remaja. Saya berharap pembahasan singkat ini dapat menjadi bekal pengetahuan bagi kita sebagai calon pendidik terutama yang nantinya mendidik anak usia remaja, agar lebih mengetahui segala sesuatu berkaitan denga remaja khususnya mengenai perkembangannya. Sehingga, kita dapat menentukan pembelajaran seperti apa yang sekiranya cocok diterapkan untuk mereka.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apakah pengertian dari remaja?
2. Apa saja ciri-ciri anak usia remaja?
3. Apa saja aspek-aspek perkembangan anak usia remaja?
4. Bagaimana implikasi dari perkembangan anak usia remaja dalam pendidikan?
C. TUJUAN PENYUSUNAN
1. Memenuhi tugas penyusunan makalah pada mata kuliah Psikologi Perkembangan Peserta Didik
2. Mengetahui aspek-aspek perkembangan anak usia remaja dan implikasinya dalam pendidikan
D. MANFAAT PENYUSUNAN
1. Mengetahui deskripsi dari remaja
2. Mengetahui apa saja ciri-ciri anak usia remaja
3. Mengetahui apa saja aspek-aspek perkembangan anak usia remaja
4. Memahami implikasi dari perkembangan anak usia remaja dalam pendidikan
BAB 2
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN REMAJA
Istilah adolescence atau remaja berasal dari bahasa Latin, yakni adolescere (kata bendanya adolescentia = remaja) yang berarti tumbuh, yang dalam hal ini adalah tumbuh menjadi dewasa. Bangsa primitif termasuk orang-orang zaman purbakala memandang masa puber dan remaja tidak berbeda dengan periode-periode lain dalam rentang kehidupan, yakni seseorang dianggap dewasa apabila sudah mampu mengadakan reproduksi. Istilah adolescence seperti yang digunakan saat ini mempunyai arti yang lebih luas, mencakup kematangan mental, emosional, sosial dan fisik. Pandangan ini diungkapkan oleh Piaget sebagaimana yang dikutip oleh Elizabeth B. Hurlock, yakni: Secara psikologis, masa remaja adalah usia di mana individu berintegrasi dengan masyarakat dewasa, usia di mana anak tidak lagi merasa di bawah tingkat orang-orang yang lebih tua melainkan berada dalam tingkatan yang sama, sekurang-kurangnya dalam masalah hak... . Integrasi dalam masyarakat (dewasa) mempunyai banyak aspek afektif, kurang lebih berhubungan dengan masa puber... . Termasuk juga perubahan intelektual yang mencolok... . Transformasi intelektual yang khas dari cara berpikir remaja ini memungkinkannya untuk mencapai integrasi dalam hubungan sosial orang dewasa, yang kenyataannya merupakan ciri khas yang umum dari periode perkembangan ini.
Untuk merumuskan sebuah definisi yang memadai tentang remaja tidaklah mudah, sebab kapan masa remaja berakhir dan kapan anak remaja tumbuh menjadi seorang dewasa tidak dapat ditetapkan secara pasti. Akan tetapi, terlepas dari kesulitan tersebut, dewasa ini istilah adolescence atau remaja telah digunakan secara luas untuk menunjukkan suatu tahap perkembangan antara masa anak-anak dan masa dewasa yang ditandai oleh perubahan-perubahan fisik umum serta perkembangan kognitif dan sosial.
Rentang waktu usia remaja biasanya dibedakan menjadi tiga, yaitu masa remaja awal (12 – 15 tahun), masa remaja pertengahan (15 – 18 tahun) dan masa remaja akhir (18 – 21 tahun). Sedangkan Monks, Knoers dan Hadinoto sebagaimana yang dikutip oleh Desmita, membedakan masa remaja menjadi empat bagian, yakni masa pra-remaja atau pra-pubertas (10 – 12 tahun), masa remaja awal atau pubertas (12 – 15 tahun), masa remaja pertengahan (15 – 18 tahun) dan masa remaja akhir (18 – 21 tahun). Masa remaja awal hingga akhir inilah yang disebut masa adolescence.
B. CIRI-CIRI ANAK USIA REMAJA
Seperti halnya dengan semua periode yang penting selama rentang kehidupan, masa remaja mempunyai ciri-ciri tertentu yang membedakannya dengan periode sebelum dan sesudahnya. Ciri-ciri tersebut, antara lain:
1. Masa Remaja sebagai Periode yang Penting
Pada remaja, terdapat akibat yang langsung maupun akibat jangka panjang terhadap sikap dan perilaku. Selain itu, ada akibat fisik dan juga akibat psikologis yang semuanya sama-sama penting.
2. Masa Remaja sebagai Periode Peralihan
Peralihan tidak berarti terputus dengan atau berubah dari apa yang telah terjadi sebelumnya, melainkan lebih-lebih sebuah peralihan dari satu tahap perkembangan ke tahap berikutnya. Artinya, apa yang telah terjadi sebelumnya akan meninggalkan bekasnya pada apa yang terjadi sekarang dan yang akan datang. Bila anak-anak beralih dari masa kanak-kanak ke masa dewasa, anak-anak harus “meninggalkan segala sesuatu yang bersifat kekanak-kanakan” dan juga harus mempelajari pola perilaku dan sikap baru untuk menggantikan perilaku dan sikap yang sudah ditinggalkan.
3. Masa Remaja sebagai Periode Perubahan
Tingkat perubahan dalam sikap dan perilaku selama masa remaja sejajar dengan tingkat perubahan fisik. Artinya, ketika perubahan fisik menurun maka perubahan sikap dan perilaku juga menurun, begitupun sebaliknya.
Terdapat lima perubahan pada remaja yang bersifat universal, yakni meningginya emosi, perubahan tubuh, minat dan peran, perubahan nilai-nilai sebagai dampak berubahnya minat dan pola perilaku serta sebagian besar remaja bersikap ambivalen terhadap setiap perubahan, yakni mereka sering menginginkan dan menuntut kebebasan tetapi mereka sering takut bertanggungjawab akan akibat dari perbuatannya.
4. Masa Remaja sebagai Usia Bermasalah
Setiap periode mempunyai masalah sendiri-sendiri, namun masalah masa remaja sering menjadi masalah yang sulit diatasi baik oleh anak laki-laki maupun anak perempuan. Terdapat dua alasan bagi kesulitan itu. Pertama, sepanjang masa kanak-kanak, masalah anak-anak sebagian diselesaikan oleh orang tua dan guru, sehingga kebanyakan remaja tidak berpengalaman dalam mengatasi masalah. Kedua, karena para remaja merasa diri mandiri, sehingga mereka ingin mengatasi masalahnya sendiri, menolak bantuan orang tua dan guru.
5. Masa Remaja sebagai Masa Mencari Identitas
Pada tahun-tahun awal masa remaja, penyesuaian diri dengan kelompok masih tetap penting bagi anak laki-laki dan perempuan. Lambat laun mereka mulai mendambakan identitas diri dan tidak puas lagi dengan menjadi sama dengan teman-teman dalam segala hal, seperti sebelumnya.
6. Masa Remaja sebagai Usia yang Menimbulkan Ketakutan
Seperti yang ditunjukkan oleh Majeres sebagaimana yang dikutip oleh Elizabeth B. Hurlock, “Banyak anggapan populer tentang remaja yang mempunya arti yang bernilai, dan sayangnya, banyak di antaranya yang bersifat negatif.” Anggapan stereotip budaya bahwa remaja adalah anak-anak yang tidak rapih, yang tidak dapat dipercaya dan cenderung berperilaku merusak, menyebabkan orang dewasa yang harus membimbing dan mengawasi kehidupan remaja muda takut bertanggungjawab dan bersifat tidak simpatik terhadap perilaku remaja yang normal.
7. Masa Remaja sebagai Masa yang Tidak Realistik
Remaja cenderung memandang kehidupan melalui kaca berwarna merah jambu. Ia melihat dirinya sendiri dan orang lain sebagaimana yang ia inginkan dan bukan sebagaimana adanya, terlebih dalam hal cita-cita. Cita-cita yang tidak realistik ini, tidak hanya bagi dirinya sendiri tetapi juga bagi keluarga dan teman-temannya, menyebabkan meningginya emosi yang merupakan ciri dari awal masa remaja. Semakin tidak realistik cita-citanya semakin ia menjadi marah. Remaja akan sakit hati dan kecewa apabila orang lain mengecewakannya atau kalau ia tidak berhasil mencapai tujuan yang ditetapkannya sendiri.
8. Masa Remaja sebagai Ambang Masa Dewasa
Dengan semakin mendekatnya usia kematangan yang sah, para remaja menjadi gelisah untuk meninggalkan stereotip belasan tahun dan untuk memberikan kesan bahwa mereka sudah hampir dewasa. Berpakaian dan bertindak seperti orang dewasa ternyata belumlah cukup. Oleh karena itu, remaja mulai memusatkan diri pada perilaku yang dihubungkan dengan status dewasa, yaitu merokok, minum-minuman keras, menggunakan obat-obatan, dan terlibat dalam perbuatan seks. Mereka menganggap bahwa perilaku ini akan memberikan citra yang mereka inginkan.
C. ASPEK-ASPEK PERKEMBANGAN ANAK USIA REMAJA
1. Perkembangan Fisik
Sebagaimana yang dikutip oleh Desmita, menurut Sarwono, perubahan-perubahan fisik merupakan gejala primer dalam pertumbuhan masa remaja, yang berdampak terhadap perubahan-perubahan psokologis. Selain itu, Zigler dan Stevenson berpendapat bahwa, “Baik anak laki-laki maupun anak perempuan mengalami pertumbuhan fisik yang cepat, yang disebut growth spurt atau percepatan pertumbuhan, di mana terjadi perubahan dan percepatan pertumbuhan di seluruh bagian dan dimensi badan.” Dan menurut Diamond yang juga dikutip oleh Desmita, pertumbuhan cepat bagi anak perempuan terjadi dua tahun lebih awal dari anak laki-laki. Umumnya anak perempuan mulai mengalami pertumbuhan cepat pada usia 10,5 tahun dan anak laki-laki pada usia 12,5 tahun. Bagi keduanya, pertumbuhan ini berlangsung selama kira-kira dua tahun.
Perkembangan fisik pada remaja meliputi beberapa hal, yaitu:
a. Perubahan dalam Tinggi dan Berat Badan
Menurut Zigler dan Stevenson sebagaimana yang dikutip oleh Desmita, tinggi rata-rata anak laki-laki dan perempuan pada usia 12 tahun adalah sekitar 59 atau 60 inci. Akan tetapi, pada usia 18 tahun tinggi rata-rata remaja lelaki adalah 69 inci, sedangkan tinggi rata-rata remaja perempuan hanya 64 inci. Tingkat pertumbuhan tertinggi terjadi pada usia sekitar 11 atau 12 tahun untuk anak perempuan dan dua tahun kemudian untuk anak laki-laki.
Sedangkan menurut Malina sebagaimana yang juga dikutip oleh Desmita, percepatan pertumbuhan badan juga terjadi dalam penambahan berat badan, yakni sekitar 13 kg bagi anak laki-laki dan 10 kg bagi anak perempuan. Meskipun berat badan juga mengalami peningkatan selama masa remaja, namun ia lebih mudah dipengaruhi, seperti melalui diet, latihan dan gaya hidup umumnya. Oleh karena itu, perubahan berat lebih sedikit dapat diramallkan dibandingkan dengan tinggi.
b. Perubahan dalam Proporsi Tubuh
Seiring dengan pertambahan tinggi dan berat badan, percepatan pertumbuhan selama masa remaja juga terjadi pada proporsi tubuh. Bagian-bagian tubuh tertentu yang sebelumnya terlalu kecil, pada masa remaja menjadi terlalu besar. Hal ini terlihat jelas pada pertumbuhan tangan dan kaki, yang sering terjadi tidak proporsional. Selain itu perubahan juga terjadi pada ciri-ciri wajah, di mana wajajh anak-anak mulai menghilang, seperti dahi yang semula sempit menjadi lebih, mulut melebar dan bibir menjadi lebih penuh. Di samping itu, dalam perubahan struktur kerangka, terjadi percepatan pertumbuhan otot, sehingga mengakibatkan terjadinya pengurangan jumlah lemak dalam tubuh. Perkembangan otot dari kedua jenis kelamin terjadi denganc cepat ketika tinggi meningkat. Akan tetapi, perkembangan otot anak laki-laki lebih cepat dan mereka memiliki lebih banyak jaringan otot, sehingga anak laki-laki lebih kuat dari anak perempuan.
c. Perubahan Pubertas
Pubertas adalah suatu peride di mana kematangan kerangka dan seksual terjadi dengan pesat terutama pada awal masa remaja. Kematangan seksual merupakan suatu rangkaian dari perubahan-perubahan yang terjadi pada masa remaja yang ditandai dengan perubahan pada ciri-ciri seks primer dan sekunder.
d. Perubahan Ciri-ciri Seks Primer
Ciri-ciri seks primer menunjuk pada organ tubuh yang secara langsung berhubungan dengan proses reproduksi. Ciri-ciri ini berbeda antara anak laki-laki dan perempuan. Ciri-ciri pada anak laki-laki ditandai dengan mimpi basah sedangkan pada anak perempuan ditandai dengan menstruasi.
e. Perubahan Ciri-ciri Seks Sekunder
Ciri-ciri sekunder adalah tanda-tanda jasmaniah yang tidak langsung berhubungan dengan proses reproduksi, namun merupakan tanda-tanda yang membedakan antara laki-laki dan perempuan. Contoh perubahan ciri-ciri seks sekunder pada anak laki-laki, yakni tumbuh kumis dan suara menjadi berat, sedangkan pada anak perempuan contohnya seperti pinggul membesar.
Kelima perubahan fisik tersebut merupakan perubahan yang bersifat eksternal. Namun perkembangan fisik pada remaja tidak hanya bersifat eksternal saja, melainkan secara internal pun juga mengalami perubahan. Perubahan internal ini meliputi:
a. Sistem Pencernaan
Perut menjadi lebih panjang dan tidak lagi terlampau berbentuk pipa, usus bertambah panjang dan besar, otot-otot di perut dan dinding-dinding usus menjadi lebih tebal dan kuat, hati bertambah berat dan kerongkongan bertambah panjang.
b. Sistem Peredaran Darah
Jantung tumbuh pesat selama masa remaja. Pada usia 17 atau 18 tahun, berat jantung menjadi 12 kali lipat beratnya dari waktu lahir. Selain itu, panjang dan tebal dinding pembuluh darah meningkat dan mencapai tingkat kematangan bilamana jantung sudah matang.
c. Sistem Pernapasan
Kapasitas paru-paru anak perempuan hampir matang pada usia 17 tahun, sedangkan anak laki-laki mencapai kematangan beberapa tahun kemudian.
d. Sistem Endokrin
Kegiatan gonad yang meningkat pada masa puber menyebabkan ketidakseimbangan sementara dari seluruh sistem endokrin pada awal masa puber.
e. Jaringan Tubuh
Perkembangan kerangka berhenti rata-rata pada usia 18 tahun. Jaringan, selain tulang terus berkembang sampai tulang mencapai ukuran matang, khususnya bagi perkembangan jaringan otot.
2. Perkembangan Kognitif
Dalam bukunya yang berjudul Psikologi Perkembangan, Desmita mengutip beberapa pendapat dari para ahli. Di antaranya Mussen, Conger dan Kagan, yang menyatakan bahwa masa remaja adalah suatu periode kehidupan di mana kapasitas untuk memperoleh dan menggunakan pengetahuan secara efisien mencapai puncaknya. Kemudian Carol dan David R menambahkan bahwa hal tersebut dikarenakan selama periode remaja ini, proses pertumbuhan otak mencapai kesempurnaan. Sistem saraf yang berfungsi memproses informasi berkembang dengan cepat. Di samping itu, pada masa remaja juga terjadi reorganisasi lingkaran saraf prontal lobe (belahan otak bagian depan sampai pada belahan atau celah sentral). Prontal lobe ini berfungsi dalam aktivitas kognitif tingkat tinggi, seperti kemampuan mengambil keputusan.
Sejalan dengan hal tersebut, Myers pun menambahkan bahwa perkembangan prontal lobe sangat berpengaruh terhadap kemampuan kognitif remaja, sehingga meraka mengembangkan kemampuan penalaran yang memberinya suatu tingkat pertimbangan moral dan kesadaran sosial yang baru. Di samping itu, sebagai anak muda yang telah memiliki kemampuan memahami pemikirannya sendiri dan orang lain, remaja mulai membayangkan apa yang dipikirkan oleh orang tentang dirinya. Ketika kemampuan kognitif mereka mencapai kematangan, kebanyakan anak remaja mulai memikirkan tentang apa yang diharapkan dan melakukan kritik terhadap masyarakat mereka, orang tua mereka dan bahkan teradap kekurangan diri mereka sendiri.
Kemudian, dengan kekuatan baru dalam penalaran yang dimilikinya, menjadikan remaja mampu membuat pertimbangandan melakukan perdebatan sekitar topik-topik abstrak tentang manusia, kebaikan dan kejahatan, kebenaran dan keadilan. Kalau masa awal anak-anak (ketika mereka baru memiliki kemampuan berpikir simbolik) Tuhan dibayangkan sebagai seseorang yang berada di awan, maka pada masa remaja mereka mungkin berusaha mencari sebuah konsep yang lebih mendalam tentang Tuhan dan eksistensi.
3. Perkembangan Emosi
Masa remaja merupakan puncak emosionalitas, yaitu perkembangan emosi yang tinggi. Pertumbuhan fisik, terutama organ-organ seksual mempengaruhi berkembanganya emosi atau perasaan-perasaan dan dorongan-dorongan baru yang belum pernah dialami sebelumnya, seperti perasaan cinta, rindu dan keinginan untuk berkenalan lebih intim dengan lawan jenis. Pada usia remaja awal, perkembangan emosinya menunjukkan sifat yang sensitif dan reaktif yang sangat kuat terhadap berbagai peristiwa atau situasi sosial, emosinya bersifat negatif dan temperamental (mudah tersinggung atau marah serta mudah sedih atau murung), sedangkan remaja akhir sudah mampu mengendalikan emosinya.
4. Perkembangan Kognisi Sosial
Pada masa remaja berkembang “social cognition”, yaitu kemampuan untuk memahami orang lain. Remaja memahami orang lain sebagai individu yang unik, baik menyangkut sifat-sifat pribadi, minat nilai-nilai maupun perasaannya. Pemahamannya ini, mendorong remaja untuk menjalin hubungan sosial yang lebih akrab dengan mereka (terutama teman sebaya), baik melalui jalinan persahabatan maupun percintaan.
Sedangkan menurut Dacey dan Kenny sebagaimana yang dikutip oleh Desmita, yang dimaksud dengan kognisi sosial adalah kemampuan untuk berpikir secara kritis mengenai isu-isu dalam hubungan interpersonal, yang berkembang sejalan dengan usia dan pengalaman , serta berguna untuk memahami orang lain dan menentukan bagaimana melakukan interaksi dengan mereka.
5. Perkembangan Moral
Melalui pengalaman atau berinteraksi sosial dengan orang tua, guru, teman sebaya atau orang dewasa lainnya, tingkat moralitas remaja sudah lebih matang jika dibandingkan dengan usia anak. Mereka sudah lebih mengenal tentang nilai-nilai moral atau konsep-konsep moralitas, seperti kejujuran, keadilan, kesopanan dan kedisiplinan.
Pada masa ini muncul dorongan untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang dapat dinilai baik oleh orang lain. Remaja berperilaku bukan hanya untuk memenuhi kepuasan fisiknya, tetapi psikologis (rasa puas dengan adanya penerimaan dan penilaian positif dari orang lain tentang perbuatannya).
6. Perkembangan Kepribadian
Fase remaja merupakan saat yang paling penting bagi perkembangan dan integrasi kepribadian. Di mana kepribadian merupakan sistem yang dinamis dari sifat, sikap dan kebiasaan yang menghasilkan tingkat konsistensi respons individu yang beragam. Sifat-sifat kepribadian mencerminkan perkembangan fisik, seksual, emosional, sosial, kognitif dan nilai-nilai.
Masa remaja merupakan saat berkembangnya identity (jati diri). Perkembangan “identity” merupakan isu sentral pada masa remaja yang memberikan dasar bagi masa dewasa. Dalam psikologi, konsep identitas pada umumnya merujuk kepada suatu kesadaran akan kesatuan dan kesinambungan pribadi, serta keyakinan yang relatif stabil sepanjang rentang kehidupan sekalipun terjadi berbagai perubahan. Dalam psikologi perkembangan, pembentukan identitas merupakan tugas utama dalam perkembangan kepribadian yang diharapkan tercapai pada akhir masa remaja. Selama masa remaja ini, kesadaran akan identitas menjadi lebih kuat, karena itu ia berusaha mencari identitas dan mendefinisikan kembali “siapakah” ia saat itu dan akan menjadi “siapakah” atau menjadi “apakah” ia pada masa yang akan datang.
7. Perkembangan Kesadaran Agama
Kemampuan berpikir abstrak remaja memungkinkannya untuk dapat mentransformasikan keyakinan beragamanya. Dia dapat mengapresiasi kualitas keabstrakan Tuhan sebagai Maha Adil, Maha Kasih Sayang. Berkembangnya kesadaran atau keyakinan beragama, seiring dengan mulainya remaja menanyakan atau mempermasalahkan sumber-sumber otoritas dalam kehidupan, seperti pertanyaan “Apakah Tuhan Maha Kuasa, mengapa masih terjadi penderitaan dan kejahatan di dunia ini?”
D. IMPLIKASI PERKEMBANGAN ANAK USIA REMAJA DALAM PENDIDIKAN
1. Implikasi Faktor Intelektual terhadap Penyelengaaraan Pendidikan
Ditinjau dari segi pendidikan khususnya dalam segi pembelajaran yang penting adalah bahwa potensi setiap peserta didik (termasuk kemampuan intelektualnya) harus dipupuk dan dikembangkan. Untuk itu sangat diperlukan kondisi-kondisi lingkungan yang memungkinkan berkembangnya kemampuan intelektual tersebut.
2. Implikasi Faktor Fisik terhadap Penyelenggaraan Pendidikan
Dalam penyelenggaraan pendidikan, perlu diperhatikan sarana dan prasarana yang ada jangan sampai menimbulkan gangguan pada peserta didik. Misalnya tempat duduk yang kurang sesuai, ruangan yang gelap dan terlalu sempit yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan, di samping itu juga perlu diperhatikan waktu istirahat yang cukup. Penting juga untuk menjaga supaya fisik tetap sehat, adanya jam-jam olahraga bagi peserta didik di luar jam pelajaran. Misalnya melalui kegiatan ekstra kurikuler kelompok olahraga, bela diri dan sejenisnya.
3. Implikasi Faktor Emosional terhadap Penyelenggaraan Pendidikan
Perkembangan emosi peserta didik sengat erat kaitannya dengan faktor-faktor diantaranya perubahan jasmani, perubahan dalam hubungannya dengan orang tua, perubahan dalam hubungannya dengan teman-teman, perubahan pandangan luar (dunia luar) dan perubahan dalam hubungannya dengan sekolah. Oleh karena itu perbedaan individual dalam perkembangan emosi sangat dimungkinkan terjadi, bahkan diramalkan pasti dapat terjadi.
Dalam rangka menghadapi luapan emosi remaja, sebaiknya ditangani dengan sikap yang tenang dan santai. Orang tua dan pendidik harus bersikap tenang, bersuasana hati baik dan penuh pengertian. Orang tua dan pendidik sedapat mungkin tidak memperlihatkan kegelisahannya maupun ikut terbawa emosinya dalam menghadapi emosi remaja.
Dengan singkat dapat dikatakan bahwa untuk mengurangi luapan emosi peserta didik perlu dihindari larangan yang tidak terlalu penting. Mengurangi pembatasan dan tuntutan terhadap remaja harus disesuaikan dengan kemampuan mereka. Sebaiknya memberi tugas yang dapat diselesaikan dan jangan memberi tugas dan peraturan yang tidak mungkin dilakukan.
4. Implikasi Faktor Sosio-Kultural terhadap Penyelenggaraan Pendidikan
Usia remaja adalah usia yang sedang tumbuh dan berkembang baik secara kuantitatif maupun secara kualitatif, baik fisik maupun psikisnya. Menganggap dirinya bukan anak-anak lagi, tetapi sekelilingnya menganggap mereka belum dewasa. Dengan beberapa problem yang dialami pada masa ini, akibatnya mereka melepaskan diri dari orang tua dan mengarahkan perhatiannya pada lingkungan di luar keluarganya untuk bergabung dengan teman sebaya, guru dan sebagainya.
Selanjutnya sekolah sebagai lembaga pendidikan formal yang diserahi tugas untuk mendidik, tidak kecil peranannya dalam rangka mengembangkan hubungan sosial peserta didik. Jika dalam hal ini guru tetap berpegang sebagai tokoh intelektual dan tokoh otoritas yang memegang kekuasaan penuh seperti ketika anak-anak belum menginjak remaja, maka sikap sosial atau hubungan sosial anak akan sulit untuk dikembangkan. Untuk itu rambu-rambu berikut dapat digunakan sebagai titik tolak untuk pengembangan hubungan sosial peserta didik:
a. Sekolah harus merupakan dasar untuk perkembangan kepribadian peserta didik.
b. Saling menghargai merupakan kunci yang dapat digunakan untuk menanggulangi masalah-masalah yang timbul dalam hubungan dengan peserta didik yang bertabiat apapun.
c. Pola pengajaran yang demokratis merupakan alternatif yang sangat bermanfaat bagi guru.
5. Implikasi Faktor Bakat Khusus terhadap Penyelenggaraan Pendidikan
Berbeda dengan kemampuan yang menunjuk pada suatu performance yang dapat dilakukan sekarang, bakat sebagai potensi masih memerlukan latihan dan pendidikan agar suatu performance dapat dilakukan pada masa yang akan datang. Hal ini memberikan pemahaman bahwa bakat khusus sebagai potential ability dapat terwujud sebagai performance atau perilaku yang nyata dalam bentuk suatu prestasi yang menonjol masih memerlukan latihan dan pengembangan lebih lanjut.
6. Implikasi Faktor Komunikasi terhadap Penyelenggaraan Pendidikan
Kemampuan peserta didik sebagaimana dikemukakan sebelumnya tentunya akan sangat mempengaruhi aktivitas komunikasi dua arah antara pendidik dan peserta didik. Hal yang dapat digunakan sebagai acuan oleh pendidik dalam meningkatkan kemampuan komunikasi peserta didik, antara lain memberi penjelasan dalam menyampaikan informasi kepada peserta didik yang berkaitan dengan iptek dan mengajukan pertanyaan kepada peserta didik.
BAB 3
PENUTUP
KESIMPULAN
Adolescence atau remaja adalah suatu tahap perkembangan antara masa anak-anak dan masa dewasa yang ditandai oleh perubahan-perubahan fisik umum serta perkembangan kognitif dan sosial. Seperti halnya dengan semua periode yang penting selama rentang kehidupan, masa remaja mempunyai ciri-ciri tertentu yang membedakannya dengan periode sebelum dan sesudahnya. Ciri-ciri tersebut, yaitu masa remaja sebagai periode yang penting, masa remaja sebagai periode peralihan, masa remaja sebagai periode perubahan, masa remaja sebagai usia bermasalah, masa remaja sebagai masa mencari identitas, masa remaja sebagai usia yang menimbulkan ketakutan, masa remaja sebagai masa yang tidak realistik dan masa remaja sebagai ambang masa dewasa.
Kemudian, dalam perkembangan anak usia remaja terdapat beberapa aspek, seperti perkembangan fisik, kognitif, emosi, kognisi sosial, moral, kepribadian dan kesadaran agama. Selain itu, terdapat pula implikasi perkembangan anak usia remaja pada pendidikan yang meliputi implikasi faktor intelektual terhadap penyelengaaraan pendidikan, implikasi faktor fisik terhadap penyelenggaraan pendidikan, implikasi faktor emosional terhadap penyelenggaraan pendidikan, implikasi faktor sosio-kultural terhadap penyelenggaraan pendidikan, implikasi faktor bakat khusus terhadap penyelenggaraan pendidikan serta implikasi faktor komunikasi terhadap penyelenggaraan pendidikan.