Ketika kita membahas tentang tauhid, maka kita juga harus mengerti tentang aqidah. Aqidah secara bahasa berarti kepercayan, pengikat, janji setia. Kepercayaan atau keyakinan yang dimaksud di sini adalah keyakinan kita sebagai hamba kepada Allah, yang darinya muncul suatu janji setia, janji yang membuat kita sebagai hamba menjadi terikat kepada Allah, Sang Pencipta. Sedangkan menurut pandangan tokoh, aqidah diartikan sebagai:
• Hasan Al-Bana, aqidah adalah beberapa perkara yang wajib diyakini kebenarannya oleh hati, mendatangkan ketentraman jiwa yang juga menjadi keyakinan yang tidak tercampur sedikitpun dengan keragu-raguan.
• Abu Bakar Jabir Al-Jazain, aqidah adalah sejumlah kebenaran yang dapat diterima secara umum oleh manusia berdasarkan akal, wahyu dan fitrah. Kebenaran itu dipatrikan atau diikat luar biasa dalam hati manusia, diyakini keshahihan dan keberadaannya secara pasti dan ditolak segala sesuatu yang bertentangan dengan kebenaran itu.
Istilah-istilah lain dari aqidah:
Tauhid, yang berarti mengesakan Tuhan, menjadikan Tuhan sebagai zat Yang Maha Esa dan segala-galanya.
Ushuluddin, yang membahas tentang dasar-dasar kepercayaan, yakni keimanan terhadap Allah.
Ilmu kalam, yang membahas tentang Kalamullah (Al-Qur’an).
Fiqh akbar, yang berbicara tentang hukum dengan fondasi aqidah.
Selain aqidah, di sini juga dibahas mengenai iman. Di mana iman merupakan buah dari aqidah. Ali bin Abi Thalib mendeskripsikan iman ke dalam tiga hal, yakni diyakini dengan sepenuh hati, diucapkan dengan lisan serta diamalkan melalui perbuatan.
Apabila kita kembali ke materi awal, yakni tentang tauhid. Maka penting bagi kita untuk mengetahui apa saja yang menjadi ruang lingkup dari tauhid itu sendiri. Di sini, ruang lingkup tauhid meliputi 4 hal, yakni:
1. الهية (Ketuhanan)
Ilahiyah sendiri terdiri dari 4 aspek yang harus dipelajari, yakni:
ذاته (Dzat Allah)
اسمائه (Nama-nama Allah)
صفاته (Sifat-sifat Allah)
افعاله (Perbuatan-perbuatan Allah)
Selain keempat aspek tersebut, yang perlu kita ketahui dalam Ilahiyah (Ketuhanan) adalah tentang tauhid apa saja yang termasuk dalam Ilahiyah. Di sini, ada 4 macam tauhid yang termasuk ke dalam Ilahiyah, yakni:
a. الهيه (Tauhid Uluhiyah), yang berasal dari kata اله. Uluhiyah bermakna kita harus mengikuti segala perintah-Nya.
b. ربوبيه (Tauhid Rububiyah), dari kata ربٌ, berarti yang memelihara.
c. ملكيه (Tauhid Mulkiyah), dari kata ملك, berarti yang menguasai.
d. عمليه (Tauhid ‘Amaliyah), yakni kesatuan perbuatan yang ditujukan hanya kepada Allah SWT, yang merupakan tampilan dari ketiga tauhid sebelumnya.
2. النٌبوة(Kenabian)
Aspek yang harus dipelajari dalam annubuwah, antara lain:
رسول (Kerasulan), yang dipelajari di sini, yakni visi misi dari nabi atau rasul. Perbedaan antara nabi dan rasul sendiri, yaitu:
o Nabi, merupakan utusan Alllah, menerima wahyu dari Allah dan wajib disampaikan pada umatnya pada zaman itu.
o Rasul, merupakan utusan Allah, menerima wahu dari Allah dan wajib disampaikan pada seluruh umat di dunia sampai sekarang.
اسماء (Nama-nama nabi)
صفاته (Sifat-sifat nabi)
افعاله (Perbuatan/perilaku nabi)
3. الرٌوحانية (Yang bersifat ruh)
Yang bersifat ruh, yakni:
ملءكة (Malaikat)
الجن (Jin)
الشيطان (Syaitan)
ابليس (Iblis)
4. السٌمعية
السٌمعية, yakni sesuatu yang diperoleh melalui pendengaran, contohnya: surga, neraka dan hari kiamat.
Berbicara tentang surga, pastinya kita semua ingin menjadi penghuni surga ketika di akhirat nanti. Ada satu cara yang dapat mewujudkan keinginan kita tersebut, yakni dengan ilmu. Karena ilmu adalah suatu pengetahuan hidup yang membuat kita mengenali jalan tetrdekat menuju surga.
Sebelum ke pembahasan yang lebih lanjut, maka ada baiknya apabila kita lebih mengetahui pembagian ilmu berikut ini.
علم (ilmu), dapat dibagi menjadi dua, yakni:
a. ضروري, ilmu yang tidak perlu bukti dan dapat dilihat oleh panca indera.
b. نظري, ilmu yang perlu bukti. Namun di sini terdapat pengecualian, yakni بديهية, tidak perlu bukti (karena sudah terbiasa).
Kembali pada pembahsan sebelumnya, yakni mengenai ilmu yang berhubungan dengan surga. Di sini, ilmu merupakan suatu kekuatan yang membuat kita mampu mempertemukan antara benar (sesuai aturan), baik (manfaat untuk semua) dan mulia (orientasi akhirat).
Untuk bisa sampai ke surga, kita harus menjadi orang yang benar, baik dan mulia, dengan kriteria:
• Benar, apabila akal kita sudah lurus (عقل مستقيم). Itu dapat diperoleh dari الفقه
• Baik, apabila hati kita sehat (قلب سليم). Itu dapat diperoleh dari الئخلاق
• Mulia, apabila jiwa kita telah tenang (نفس مطمئنٌة). Itu dapat diperoleh dari التٌوحيد
Di sini, ketiga hal tersebut saling berhubungan. Yakni, jiwa tidak akan tenang jika hati tidak sehat. Hati tidak akan sehat jika akal tidak lurus. Akal lurus dengan ilmu fiqh, atau ilmu yang membuat kita mengetahui hukum dari semua perbuatan kita. Hati sehat dengan ilmu akhlak, atau ilmu yang membuat kita mampu menjadikan apapun sebagai kebaikan. Dan jiwa tenang dengan ilmu tauhid.
Selain pembahasan di atas, dalam tauhid juga dipelajari tentang konsep ikhlas, yakni:
ولله عاقبةالأمور (hanya kepada Allah kita kembalikan segala masalah)
شريعةالله (sesuai dengan syariat)
نية الله تعالى (niat hanya kepada Allah)
Apabila kita dapat menerapkan ketiga konsep ikhlas tersebut dalam kehidupan sehari-hari, maka kita termasuk orang yang mulia.
• Hasan Al-Bana, aqidah adalah beberapa perkara yang wajib diyakini kebenarannya oleh hati, mendatangkan ketentraman jiwa yang juga menjadi keyakinan yang tidak tercampur sedikitpun dengan keragu-raguan.
• Abu Bakar Jabir Al-Jazain, aqidah adalah sejumlah kebenaran yang dapat diterima secara umum oleh manusia berdasarkan akal, wahyu dan fitrah. Kebenaran itu dipatrikan atau diikat luar biasa dalam hati manusia, diyakini keshahihan dan keberadaannya secara pasti dan ditolak segala sesuatu yang bertentangan dengan kebenaran itu.
Istilah-istilah lain dari aqidah:
Tauhid, yang berarti mengesakan Tuhan, menjadikan Tuhan sebagai zat Yang Maha Esa dan segala-galanya.
Ushuluddin, yang membahas tentang dasar-dasar kepercayaan, yakni keimanan terhadap Allah.
Ilmu kalam, yang membahas tentang Kalamullah (Al-Qur’an).
Fiqh akbar, yang berbicara tentang hukum dengan fondasi aqidah.
Selain aqidah, di sini juga dibahas mengenai iman. Di mana iman merupakan buah dari aqidah. Ali bin Abi Thalib mendeskripsikan iman ke dalam tiga hal, yakni diyakini dengan sepenuh hati, diucapkan dengan lisan serta diamalkan melalui perbuatan.
Apabila kita kembali ke materi awal, yakni tentang tauhid. Maka penting bagi kita untuk mengetahui apa saja yang menjadi ruang lingkup dari tauhid itu sendiri. Di sini, ruang lingkup tauhid meliputi 4 hal, yakni:
1. الهية (Ketuhanan)
Ilahiyah sendiri terdiri dari 4 aspek yang harus dipelajari, yakni:
ذاته (Dzat Allah)
اسمائه (Nama-nama Allah)
صفاته (Sifat-sifat Allah)
افعاله (Perbuatan-perbuatan Allah)
Selain keempat aspek tersebut, yang perlu kita ketahui dalam Ilahiyah (Ketuhanan) adalah tentang tauhid apa saja yang termasuk dalam Ilahiyah. Di sini, ada 4 macam tauhid yang termasuk ke dalam Ilahiyah, yakni:
a. الهيه (Tauhid Uluhiyah), yang berasal dari kata اله. Uluhiyah bermakna kita harus mengikuti segala perintah-Nya.
b. ربوبيه (Tauhid Rububiyah), dari kata ربٌ, berarti yang memelihara.
c. ملكيه (Tauhid Mulkiyah), dari kata ملك, berarti yang menguasai.
d. عمليه (Tauhid ‘Amaliyah), yakni kesatuan perbuatan yang ditujukan hanya kepada Allah SWT, yang merupakan tampilan dari ketiga tauhid sebelumnya.
2. النٌبوة(Kenabian)
Aspek yang harus dipelajari dalam annubuwah, antara lain:
رسول (Kerasulan), yang dipelajari di sini, yakni visi misi dari nabi atau rasul. Perbedaan antara nabi dan rasul sendiri, yaitu:
o Nabi, merupakan utusan Alllah, menerima wahyu dari Allah dan wajib disampaikan pada umatnya pada zaman itu.
o Rasul, merupakan utusan Allah, menerima wahu dari Allah dan wajib disampaikan pada seluruh umat di dunia sampai sekarang.
اسماء (Nama-nama nabi)
صفاته (Sifat-sifat nabi)
افعاله (Perbuatan/perilaku nabi)
3. الرٌوحانية (Yang bersifat ruh)
Yang bersifat ruh, yakni:
ملءكة (Malaikat)
الجن (Jin)
الشيطان (Syaitan)
ابليس (Iblis)
4. السٌمعية
السٌمعية, yakni sesuatu yang diperoleh melalui pendengaran, contohnya: surga, neraka dan hari kiamat.
Berbicara tentang surga, pastinya kita semua ingin menjadi penghuni surga ketika di akhirat nanti. Ada satu cara yang dapat mewujudkan keinginan kita tersebut, yakni dengan ilmu. Karena ilmu adalah suatu pengetahuan hidup yang membuat kita mengenali jalan tetrdekat menuju surga.
Sebelum ke pembahasan yang lebih lanjut, maka ada baiknya apabila kita lebih mengetahui pembagian ilmu berikut ini.
علم (ilmu), dapat dibagi menjadi dua, yakni:
a. ضروري, ilmu yang tidak perlu bukti dan dapat dilihat oleh panca indera.
b. نظري, ilmu yang perlu bukti. Namun di sini terdapat pengecualian, yakni بديهية, tidak perlu bukti (karena sudah terbiasa).
Kembali pada pembahsan sebelumnya, yakni mengenai ilmu yang berhubungan dengan surga. Di sini, ilmu merupakan suatu kekuatan yang membuat kita mampu mempertemukan antara benar (sesuai aturan), baik (manfaat untuk semua) dan mulia (orientasi akhirat).
Untuk bisa sampai ke surga, kita harus menjadi orang yang benar, baik dan mulia, dengan kriteria:
• Benar, apabila akal kita sudah lurus (عقل مستقيم). Itu dapat diperoleh dari الفقه
• Baik, apabila hati kita sehat (قلب سليم). Itu dapat diperoleh dari الئخلاق
• Mulia, apabila jiwa kita telah tenang (نفس مطمئنٌة). Itu dapat diperoleh dari التٌوحيد
Di sini, ketiga hal tersebut saling berhubungan. Yakni, jiwa tidak akan tenang jika hati tidak sehat. Hati tidak akan sehat jika akal tidak lurus. Akal lurus dengan ilmu fiqh, atau ilmu yang membuat kita mengetahui hukum dari semua perbuatan kita. Hati sehat dengan ilmu akhlak, atau ilmu yang membuat kita mampu menjadikan apapun sebagai kebaikan. Dan jiwa tenang dengan ilmu tauhid.
Selain pembahasan di atas, dalam tauhid juga dipelajari tentang konsep ikhlas, yakni:
ولله عاقبةالأمور (hanya kepada Allah kita kembalikan segala masalah)
شريعةالله (sesuai dengan syariat)
نية الله تعالى (niat hanya kepada Allah)
Apabila kita dapat menerapkan ketiga konsep ikhlas tersebut dalam kehidupan sehari-hari, maka kita termasuk orang yang mulia.
0 komentar:
Posting Komentar