Selasa, 09 Juni 2015

ADAB MENUNTUT ILMU

A.    ADAB MENUNTUT ILMU
Agama Islam adalah agama yang mewajibkan setiap pemeluknya untuk menuntut ilmu, utamanya ilmu yang bermanfaat baik bagi kehidupan manusia maupun bagi bekal manusia untuk mencari keridhaan Allah. Selain itu, Islam juga menjanjikan bahwa akan meninggikan kedudukan orang yang berilmu beberapa derajat sebagaimana tertulis dalam QS. Al-Mujadalah:11, yang artinya, “Hai orang-orang yang beriman apabila dikatakan kepadamu:”Berlapang-lapanglah dalam majlis”, maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memeberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan:”Berdirilah kamu”, maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.”
Rasulullah SAW juga membedakan perlakuan terhadap para tawanan yang pandai membaca dan menulis dengan mengganti uang tebusan yang harus dibayar mereka dengan mengajar kaum muslimin membaca dan menulis. Serta, ayat Al-Qur'an yang pertama diturunkan pun berkenaan dengan menuntut ilmu.
Dalam hal menuntut ilmu, para ulama sepakat bahwa adab dalam berilmu  lebih penting dari ilmu itu sendiri. Syaikh Muhammad bin Shalih Al'Utsaimin dalam kitabnya, Kitabul Ilmi, menyebutkan beberapa adab dalam mencari ilmu, antara lain:
a.    Ikhlas Karena Allah SWT
Niat menuntut ilmu hendaknya ikhlas karena Allah SWT. Apabila seseorang menuntut ilmu karena ada niat lain seperti untuk mendapatkan gelar agar bisa mendapatkan kedudukan yang tinggi atau ingin menjadi orang terpandang, maka Nabi SAW telah memperingatkan, seperti Hadits yang diriwayatkan oleh Abu Dawud, yang artinya: “Barangsiapa yang mempelajari suatu ilmu tidak karena Allah, dia tidak akan mendapatkan harumnya surga di hari kiamat".
b.    Untuk Menghilangkan Kebodohan dari Dirinya dan Orang Lain
Semua manusia pada mulanya bodoh, maka dari itu kita harus berniat menghilangkan kebodohan dengan cara menuntut ilmu. Setelah kita memiliki ilmu, kita wajib mengajarkannya kepada orang lain untuk menghilangkan kebodohan dari diri mereka. Rasulullah bersabda : "Sampaikanlah dariku walaupun cuma satu ayat.” (HR. Bukhari).
c.    Berniat Menuntut Ilmu untuk Membela Syari'at
Penuntut ilmu harus membela agamanya dari hal-hal yang menyimpang (bid'ah). Tetapi, hal ini sulit dilakukan, kecuali oleh orang yang memiliki ilmu yang benar, sesuai petunjuk Al-Qur'an dan As-Sunnah.
d.    Lapang Dada dalam Menerima Perbedaan Pendapat
Penuntut ilmu hendaknya menerima perbedaan pendapat dengan lapang dada selama perbedaan itu pada persoalan ijtihad, bukan persoalan aqidah. Jangan sampai kita menghina atau menjelekkan orang lain yang kebetulan berbeda pendapat dengan kita. Hal ini sesuai dengan QS. Al-Mujaadalah:11 yang telah dijelaskan sebelumya.


e.    Mengamalkan Ilmu yang Telah Didapatkan
Salah satu adab yang terpenting bagi para penuntut ilmu adalah mengamalkan ilmu yang telah diperoleh. Ilmu tidak akan ada manfaatnya kecuali diamalkan.
f.    Menghormati Para Ulama dan Memuliakan Mereka
Penuntut ilmu harus selalu lapang dada dalam menerima perbedaan pendapat yang terjadi di kalangan ulama. Jangan sampai kita mengumpat atau mencela ulama yang kebetulan keliru di dalam memutuskan suatu masalah. Mengumpat orang awam saja sudah termasuk dosa besar apalagi terhadap ulama.
g.    Mencari Kebenaran dan Sabar
Seorang penuntut ilmu harus mencari kebenaran dari ilmu yang telah didapatkan. Ketika sampai kepada kita sebauah hadits misalnya, kita harus meneliti lebih dulu tentang keshahihan hadits tersebut, kita harus sabar, tidak boleh tergesa-gesa. Jangan sampai kita mempelajari satu pelajaran setengah-setengah. Kalau seperti itu kita tidak akan mendapatkan apa-apa.
Selain beberapa adab tersebeut, masih ada beberapa adab dalam menuntut ilmu yang meliputi adab murid terhadap guru, adab murid terhadap sesama murid serta adab murid terhadap pelajaran.
a.    Adab Murid terhadap Guru, meliputi:
•    Menghormati dan memuliakan guru dan keluarganya dengan tulus dan ikhlas
•    Tunduk dan patuh terhadap semua perintah dan nasihat guru
•    Jujur dan setia bersama guru
•    Bersikap rendah hati, lembut dan santun kepada guru
•    Hendaknya memaafkan guru ketika beliau melakukan suatu kesalahan
•    Tidak menjelek-jelekan dan tidak memfitnah guru
•    Tidak menghianati dan tidak menyakiti hati guru
•    Berusaha melayani guru dengan sebaik-baiknya
•    Selalu berusaha menyenangkan hati guru
•    Memanggil guru dengan panggilan yang disukainya
•    Berusaha menyukai apa yang disukai oleh guru
•    Membiasakan diri memberikan hadiah kepada guru dan keluarganya sebagai tanda penghormatan kepada mereka
•    Tidak berjalan di depan guru ketika berjalan bersamanya
•    Tidak terbahak-bahak di depan guru
•    Tidak meninggikan suara ketika berbicara dengan guru
•    Selalu duduk dalam sikap sopan
•    Berusaha keras (jihad) dan tekad membuat kemajuan bersama guru
b.    Adab Murid terhadap Sesama Murid, meliputi:
•    Menghormati dan memuliakan sesama murid dengan tulus dan ikhlas
•    Hendaknya memberikan nasehat kepada sesama murid dengan kerendahan hati dan bebas dari kesombongan (amar ma’ruf nahi munkar)
•    Selalu berbaik sangka kepada sesama murid dan tidak mencari-cari keburukan mereka
•    Tidak menyakiti hati sesama murid
•    Hendaknya menerima permintaan maaf sesama murid apabila mereka memintanya
•    Selalu membantu sesama murid dalam suka maupun duka
•    Bersikap rendah hati dan santun kepada sesama murid
•    Tidak meminta menjadi pemimpin mereka, hanya menjadi sesama saudara dengan mereka
•    Lapang dada dalam perbedaan pendapat yang mungkin terjadi di antara sesama murid
c.    Adab Murid terhadap Pelajaran, meliputi:
•    Niat yang ikhlas karena Allah ketika memulai belajar
•    Diniatkan bahwa belajar (menuntut ilmu) itu untuk menghilangkan kebodohan diri dan orang lain di lingkungannya
•    Menghormati dan memuliakan buku pelajaran (kitab) dengan tulus dan ikhlas
•    Menjaga kebersihan dan kerapihan buku pelajaran (kitab)
•    Meletakkan buku pelajaran (kitab) di tempat yang baik dan terhormat
•    Tekun dan kontinyu dalam memahami pelajaran (ilmu)
•    Membiasakan diri menghafal pelajaran dan menjaga hafalan
•    Selalu menulis atau mencatat pelajaran (ilmu) yang diperoleh
•    Meneliti sumber dan isi pelajaran (ilmu) yang ada dalam buku atau kitab
•    Bersikap adil terhadap isi pelajaran (ilmu) yang ada dalam buku atau kitab
•    Menjauhkan sifat malu yang berlebihan dalam proses memahami suatu pelajaran atau ilmu

B.    HAKIKAT GURU
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, guru berarti orang yang pekerjaannya mengajar. Dalam konteks pendidikan Islam, guru sering disebut dengan istilah murabbi, mu’allim, dan mu’addib. Ketiga term itu mempunyai makna yang berbeda walaupun dalam situasi tertentu mempunyai makna yang sama.
Istilah murabbi sering dijumpai dalam kalimat yang orientasinya lebih mengarah pada pemeliharaan, baik yang bersifat jasmani ataupun rohani. Pemeliharaan seperti ini terlihat dalam proses orang tua membesarkan anaknya. Mereka tentunya berusaha memberikan pelayanan secara penuh agar anaknya tumbuh dengan fisik yang sehat dan berkepribadian (akhlak) yang terpuji. Sedangkan istilah mu’allim, pada umumnya dipakai dalam membicarakan aktivitas yang lebih terfokus pada pemindahan atau transfer ilmu pengetahuan (baca: pengajaran). Adapun istilah mu’addib, biasa dipakai dalam konteks menanamkan budi pekerti (adab) kepada anak didik. Karena itu, menurut Al-Attas, mu’addib lebih luas dari istilah mu’allim dan lebih relevan dengan konsep pendidikan Islam.
Berdasarkan petunjuk Al-Qur`an terdapat empat hal yang berkenaan dengan guru. Pertama, seorang guru harus memiliki tingkat kecerdasan intelektual yang tinggi, sehingga mampu menangkap pesan-pesan ajaran, hikmah, petunjuk dan rahmat dari segala ciptaan Tuhan, serta memiliki potensi batiniah yang kuat sehingga ia dapat mengarahkan hasil kerja dari kecerdasannya untuk diabdikan kepada Tuhan. Kedua, seorang guru harus dapat mempergunakan kemampuan intelektual dan emosional spiritualnya untuk memberikan peringatan kepada manusia lainnya, sehingga manusia-manusia tersebut dapat beribadah kepada Allah SWT. Ketiga,seorang guru harus dapat membersihkan diri orang lain dari segala perbuatan dan akhlak yang tercela. Keempat, seorang guru harus berfungsi sebagai pemelihara, Pembina, pengarah, pembimbing dan pemberi bekal ilmu pengetahuan, pengalaman dan keterampilan kepada orang-orang yang memerlukannya.
Seorang guru tentunya juga memiliki fungsi, antara lain:
a.    Guru sebagai manager, yakni guru mengelola lingkungan pembelajaran secara keseluruhan. Kegiatan ini melibatkan siswa sebagai individu dan sebagai kelompok, program pembelajaran, lingkungan dan sumber-sumber pembelajaran.
b.    Guru sebagai observer, yakni kemampuan guru untuk meneliti secara cermat peserta didik, tindakan mereka, reaksi dan interaksi mereka.
c.    Guru sebagai diagnostician, yakni mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan dari tiap peserta didik termasuk merencanakan program bagi peserta didik.
d.    Guru sebagai educator, yakni kegiatan ini melibatkan pembuatan tujuan dan sasaran sekolah, sifat dan isi dari kurikulum dan program pembelajaran.
e.    Guru sebagai organizer, yakni kemampuan guru untuk mengorganisir program pembelajaran. Sebagai organizer adalah sisi lain dari peranan yang diperlukan guru, dalam bidang ini guru memiliki kegiatan pengelolaan, kegiatan akademik dan sebagainya. Semua diorganisasikan sehingga seperti mencapai efektifitas dan efisiensi dalam belajar pada siswa.
f.    Guru sebagai decision-maker, yakni memilih bahan atau materi pembelajaran yang sesuai, memutuskan topik dan proyek yang akan dilaksanakan serta membuat program pribadi.
g.    Guru sebagai presenter, yakni guru sebagai pembuka, narator, penanya, penjelas dan peneliti dari setiap diskusi.
h.    Guru sebagai communicator, yakni kemampuan guru untuk berkomunikasi dengan peserta didik maupun rekan kerja.
i.    Guru sebagai mediator, yakni guru berfungsi sebagai mediator antara peserta didik dan masalah-masalah yang timbul. Seorang pengajar atau guru berperan sebagai mediator yang membantu agar proses belajar murid berjalan dengan baik.
j.    Guru sebagai motivator, yakni guru memberikan motivasi kepada peserta didik. Sebagai motivator, guru hendaknya dapat mendorong anak didik agar bergairah dan aktif belajar.
k.    Guru sebagai counsellor, yakni guru sebagai konselor bagi siswa di bidang pendidikan, personal, sosial dan emosional.
l.    Guru sebagai evaluator, yakni guru mengevaluasi, menilai, mencatat kemampuan, pencapaian dan kemajuan siswa. Guru hendaknya menjadi seorang evaluator yang baik, kegiatan ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah tujuan yang telah dirumuskan itu ter capai atau belum, dan apakah materi yang diajarkan sudah cukup tepat.
Selain fungsi-fungsi tersebut, seorang pendidik khususnya pendidik Islam juga harus memiliki tiga persyaratan, yakni:
a.    Beriman
Iman atau tauhid bukan saja merupakan kepercayaan yang bersifat pribadi akan tetapi mempunyai eksistensi terhadap seluruh aspek kehidupan. Oleh karena itu seorang pendidik Islam harus mempunyai keimana yang benar.
b.    Ikhlas
Ikhlas termasuk akhlak mahmudah yang penting pula. Arti Ikhlas ialah murni atau bersih, tidak ada campuran. Maksud bersih disini ialah, bersihnya sesuatu pekerjaan dari campuran motif-motif selain Allah, seperti ingin di puji orang, ingin mendapat nama, dan sebagainya. Jadi sesuatu pekerjaan dapat dikatakan ikhlas, kalau pekerjaan itu dilakukan semata-mata karena Allah saja, mengharap ridha-Nya dan pahala-Nya.
Dalam hal ini, para pendidik dalam mendidik anak didiknya hendaklah dengan rasa ikhlas yang tulus, agar sesuatu yang dilakukannya membawakan hasil yang baik pada diri anak didik dan pendidik itu sendiri.
c.    Sabar
Asal arti sabar adalah menahan dan mencegah. Semua orang yang menahan sesuatu, sesungguhnya telah bersabar atasnya. Sabar adalah suatu akhlak luhur dari akhlak-akhlak Islami yang wajib disifati, yang mendatangkan bagi seseorang dari perbuatan yang tidak baik dan tidak sesuai sebagai seorang muslim. Tujuannya adalah mengharap keridhaan Allah SWT.
Di dalam pendidikan sabar sangat di perlukan oleh seorang pendidik terhadap anak didiknya. Sabar dalam menghadapi kenakalan anak didik, kekurangan anak didik dalam bidang pengetahuan dan sabar dalam membina serta mendidik perilaku mereka, sehingga mereka menjadi anak yang mulia dan berguna bagi masyarakat.

TAUHID

Ketika kita membahas tentang tauhid, maka kita juga harus mengerti tentang aqidah. Aqidah secara bahasa berarti kepercayan, pengikat, janji setia. Kepercayaan atau keyakinan yang dimaksud di sini adalah keyakinan kita sebagai hamba kepada Allah, yang darinya muncul suatu janji setia, janji yang membuat kita sebagai hamba menjadi terikat kepada Allah, Sang Pencipta. Sedangkan menurut pandangan tokoh, aqidah diartikan sebagai:
•    Hasan Al-Bana, aqidah adalah beberapa perkara yang wajib diyakini kebenarannya oleh hati, mendatangkan ketentraman jiwa yang juga menjadi keyakinan yang tidak tercampur sedikitpun dengan keragu-raguan.
•    Abu Bakar Jabir Al-Jazain, aqidah adalah sejumlah kebenaran yang dapat diterima secara umum oleh manusia berdasarkan akal, wahyu dan fitrah. Kebenaran itu dipatrikan atau diikat luar biasa dalam hati manusia, diyakini keshahihan dan keberadaannya secara pasti dan ditolak segala sesuatu yang bertentangan dengan kebenaran itu.
Istilah-istilah lain dari aqidah:
    Tauhid, yang berarti mengesakan Tuhan, menjadikan Tuhan sebagai zat Yang Maha Esa dan segala-galanya.
    Ushuluddin, yang membahas tentang dasar-dasar kepercayaan, yakni keimanan terhadap Allah.
    Ilmu kalam, yang membahas tentang Kalamullah (Al-Qur’an).
    Fiqh akbar, yang berbicara tentang hukum dengan fondasi aqidah.
Selain aqidah, di sini juga dibahas mengenai iman. Di mana iman merupakan buah dari aqidah. Ali bin Abi Thalib mendeskripsikan iman ke dalam tiga hal, yakni diyakini dengan sepenuh hati, diucapkan dengan lisan serta diamalkan melalui perbuatan.
Apabila kita kembali ke materi awal, yakni tentang tauhid. Maka penting bagi kita untuk mengetahui apa saja yang menjadi ruang lingkup dari tauhid itu sendiri. Di sini, ruang lingkup tauhid meliputi 4 hal, yakni:
1.    الهية (Ketuhanan)
Ilahiyah sendiri terdiri dari 4 aspek yang harus dipelajari, yakni:
    ذاته (Dzat Allah)
    اسمائه (Nama-nama Allah)
    صفاته (Sifat-sifat Allah)
    افعاله (Perbuatan-perbuatan Allah)
Selain keempat aspek tersebut, yang perlu kita ketahui dalam Ilahiyah (Ketuhanan) adalah tentang tauhid apa saja yang termasuk dalam Ilahiyah. Di sini, ada 4 macam tauhid yang termasuk ke dalam Ilahiyah, yakni:
a.    الهيه (Tauhid Uluhiyah), yang berasal dari kata اله. Uluhiyah bermakna kita harus mengikuti segala perintah-Nya.
b.    ربوبيه (Tauhid Rububiyah), dari kata ربٌ, berarti yang memelihara.
c.    ملكيه (Tauhid Mulkiyah), dari kata ملك, berarti yang menguasai.
d.    عمليه (Tauhid ‘Amaliyah), yakni kesatuan perbuatan yang ditujukan hanya kepada Allah SWT, yang merupakan tampilan dari ketiga tauhid sebelumnya.

2.     النٌبوة(Kenabian)
Aspek yang harus dipelajari dalam annubuwah, antara lain:
    رسول (Kerasulan), yang dipelajari di sini, yakni visi misi dari nabi atau rasul. Perbedaan antara nabi dan rasul sendiri, yaitu:
o    Nabi, merupakan utusan Alllah, menerima wahyu dari Allah dan wajib disampaikan pada umatnya pada zaman itu.
o    Rasul, merupakan utusan Allah, menerima wahu dari Allah dan wajib disampaikan pada seluruh umat di dunia sampai sekarang.
    اسماء (Nama-nama nabi)
    صفاته (Sifat-sifat nabi)
    افعاله (Perbuatan/perilaku nabi)

3.    الرٌوحانية (Yang bersifat ruh)
Yang bersifat ruh, yakni:
    ملءكة (Malaikat)
    الجن (Jin)
    الشيطان (Syaitan)
    ابليس (Iblis)

4.    السٌمعية
السٌمعية, yakni sesuatu yang diperoleh melalui pendengaran, contohnya: surga, neraka dan hari kiamat.
Berbicara tentang surga, pastinya kita semua ingin menjadi penghuni surga ketika di akhirat nanti. Ada satu cara yang dapat mewujudkan keinginan kita tersebut, yakni dengan ilmu. Karena ilmu adalah suatu pengetahuan hidup yang membuat kita mengenali jalan tetrdekat menuju surga.
    Sebelum ke pembahasan yang lebih lanjut, maka ada baiknya apabila kita lebih mengetahui pembagian ilmu berikut ini.
علم (ilmu), dapat dibagi menjadi dua, yakni:
a.    ضروري, ilmu yang tidak perlu bukti dan dapat dilihat oleh panca indera.
b.    نظري, ilmu yang perlu bukti. Namun di sini terdapat pengecualian, yakni بديهية, tidak perlu bukti (karena sudah terbiasa).
Kembali pada pembahsan sebelumnya, yakni mengenai ilmu yang berhubungan dengan surga. Di sini, ilmu merupakan suatu kekuatan yang membuat kita mampu mempertemukan antara benar (sesuai  aturan), baik (manfaat untuk semua) dan mulia (orientasi akhirat).
Untuk bisa sampai ke surga, kita harus menjadi orang yang benar, baik dan mulia, dengan kriteria:
•    Benar, apabila akal kita sudah lurus (عقل مستقيم). Itu dapat diperoleh dari   الفقه
•    Baik, apabila hati kita sehat (قلب سليم). Itu dapat diperoleh dari الئخلاق
•    Mulia, apabila jiwa kita telah tenang (نفس مطمئنٌة). Itu dapat diperoleh dari التٌوحيد
Di sini, ketiga hal tersebut saling berhubungan. Yakni, jiwa tidak akan tenang jika hati tidak sehat. Hati tidak akan sehat jika akal tidak lurus. Akal lurus dengan ilmu fiqh, atau ilmu yang membuat kita mengetahui hukum dari semua perbuatan kita. Hati sehat dengan ilmu akhlak, atau ilmu yang membuat kita mampu menjadikan apapun sebagai kebaikan. Dan jiwa tenang dengan ilmu tauhid.
Selain pembahasan di atas, dalam tauhid juga dipelajari tentang konsep ikhlas, yakni:
    ولله عاقبةالأمور (hanya kepada Allah kita kembalikan segala masalah)
    شريعةالله (sesuai dengan syariat)
    نية الله تعالى (niat hanya kepada Allah)
Apabila kita dapat menerapkan ketiga konsep ikhlas tersebut dalam kehidupan sehari-hari, maka kita termasuk orang yang mulia.

TUGAS PSIKOLOSI PENDIDIKAN AUTISME

BAB 2
PEMBAHASAN

A.    AUTISME
1.    Pengertian
Istilah autisme berasala dari kata autos yang berarti ‘diri sendiri’ dan –isme yang berarti aliran. Autisme berarti paham yang tertarik pada dunianya sendiri. Ada yang menyebutkan bahwa autisme adalah gangguan perkembangan yang  mencakup bidang komunikasi, interaksi, dan perilaku. Gejalanya mulai tampak pada anak sebelum usia tiga tahun.
Menurut Dr. Hardian, gangguan autistik ditandai tiga gejala utama yaitu gangguan interaksi sosial, gangguan komunikasi dan perilaku yang stereotipik. Diantara tiga hal tersebut, yang paling penting untuk diperbaiki terlebih dahulu interkasi sosial. Apabila gangguan interaksi membaik, sering kali gangguan  komunikasi dan perilaku akan membaik secara otomatis.
Sementara itu, menurut Mudjito, autis ialaha anak yang mengalami gangguan berkomunikasi dan berinteraksi sosial serta mengalami gangguan sensoris, pola bermain, dan emosi. Penyebabnya karena antar jaringan dan fungsi otak tidak singkron. Ada yang maju pesat sementara yang lainya biasa- biasa saja. Survei menunjukan, anak-anak autis lahir dari kalangan ibi-ibu menengah keatas. Ketika dikandung asupan gizi ke ibunya tidak seimbang.

2.    Karakteristik
Anak yang autis sedikitnya memiliki enam karakter, antara lain sebagai berikut.
a.    Masalah di Bidang Komuniksi
•    Kata yang digunakan kadang tidak sesuai dengan artinya.
•    Mengoceh tanpa arti secar berulang-ulang.
•    Bicara tidak pakai unntuk alat komunikasi.
•    Senag meniru kata-kata atau lagu-lagu tanpa mengetahui artinya.
•    Senang menarik-narik tangan orang lain untuk melakukan apa yand diinginkan.
b.    Masalah di Bidang Interaksi
•    Suka menyendiri.
•    Menghindar kontak mata.
•    Tidak tertarik untuk bermain bersama.
•    Menolak atau menjauh bila diajak bermain.



c.    Masalah di Bidang Sensoris
•    Tidak peka terhadap sentuhan.
•    Tidak peka terhadap rasa sakit
•    Langsung menutup telinga bila mendengar suara keras.
•    Senang  mencium/menjilat benda-benda di sekitarnya.
d.     Masalah di Bidang Pola Bermain
•    Tidak bermain seperti anak lain pada umumnya.
•    Tidak bermain sesuai fungsi mainan.
•    Sangat lekat dengan benda-benda tertentu.
•    Senang terhadap benda-benda tertentu.
•    Tidak memilki kreativitas dan imajinasi.
•    Tidak suka bermain dangan teman sebayanya.
e.    Masalah di Bidang Perilaku
•    Dapat berperilaku berlebihan atau terlalu aktif.
•    Melakukan gerakan yang berulang-ulang.
•    Merangsang sendiri.
•    Duduk bengong tatpan kosong.
f.    Masalah di Bidang Emosi
•    Sering marah, menangis, tertawa tanpa alasan.
•    Kadang-kadang agresif dan merusak.
•    Kadang-kadang menyakiti diri sendiri.
•    Dapat mengamuk tak terkendali.
•    Tidak memiliki empati.

3.    Indikasi dan Penyebab Autis
Autisme atau disebut dengan autistic Spectrum Disorder hingga kini belu diketahui penyebabnya. Meski demikian, saat ini sudah ada beberapa langkah tepat untuk penderita auri agar dapat memiliki kemampuan bersosialisasi, bertingkah laku, dan berbicara.
Penyebab autis sangat kompleks, anatara lain tidak terlepas dari faktor genetikadan lingkungan sosial. Para ilmuawan yang bertemu pada “autism summit” di California, Amerika Serikat (AS), sepakat bahwa gejal autis disebabkan oleh interaksi sejumlah gen dengan faktor- faktor lingkungan yang belum teridentifikasi.
Mengutip International Herald (10/2), Mudjito menguraikan, ditemukan sedikitmya dua indikasi autisme pada bayi yang baru lahir. Pertama, zat pada otak yang berisi serat-serat penghubung neuron di wilayah terpisah dalam otak berkembang hingga 9 bulan, kemudian berhenti. Pada usia 2 tahun, zat putih ini ditemui secara berlebihan di lobes bagian depan, cerebellum, dan wilayah asosiasi di mana terjadi pemrosesan tingkat tinggi.
Kedua, lingkaran kepala bayi baru lahir lebih kecil daripada rata-rata lingkaran bayi baru lahir pada umumnya. Pada usia 1-2 bulan, tiba-tiba otaknya tumbuh dengan pesat. Hal serupa terjadi pada usia 6 bulan 2 tahun. Pertumbuhan ini lalu menurun pada usia 2-4 tahun. Ukuran otak anak autis berusia 5 tahun lebih kurang sama ukurang otak anak normal berusia 13 tahun.
Beberapa autis lain juga mengungkapkan, autisme juga dapat disebabkan oleh virus seperti rubella, toxo, herpes, jamur, nutrsisi buruk, perdarahan, karacunan makanan saat hamil. Hal ini menghambat pertumbuhan sel otak pada bayi yang dikandung terutam fungsi pemahamn, komunikasi, dan interaksi.
Terakait dengan nutrisi, Mudjito menunjuk pola hidup pada masyarakat kota turut mendukung potensi lahirnya anak autis. Misalnya, makanan dan minuman tanpa pengendalian mutu, termasuk makanan cepat saji. Bisa karena sayur dan buah yang dikonsumsi mengandung zat pestisida.

4.    Langkah Penanganan
Autisme masih menjadi misteri yang belum terpecahkan sepeuhnya oleh kedokteran. Para pakar belum sepakat soal penyebab penyakit ini. Namun, sebagian pakar setuju bahwa sindrom autis terjadi karena kelainan pada otak.
Hingga kini, bisa tidaknya autis disembuhkan (total) juga masih menjadi pertentangan dalam dunia kedokteran dan psikologi. Namun, orang tua hendaknya harus mencoba berbagaiterapi. Setidaknya dengan teapi, keadaan si anak lebih baik.
Saat ini, ada berbagia terapi autis, baik yang diakui dunian medis maupun yang masih berdasarkan disiplin ilmu tradisional. Diharapkan denag mencoba teapi ini anak   yang mengalami autis bisa berkembang lebih baik. Macam-macam terapi autis diantaranya sebagai berikut.
a.    Metode ABA
Salah satu metode intervensi dini yang banyak diterapkan di indonesia modifikasi perilaku atau lebih dikenal sebagi metode Applied Behavioral Analysis (ABA). Kelebihan metode ini dibanding metode lain adalah sifatnya yang sangat terstruktur, kurikulumnya jelas, dan keberhasilanya bisa dinilai secara objektif. Penatalaksanaannya dialkukan 4-8 jam sehari.
Melalui metode ini, anak dilatih melakukan berbagia macam ketrampilan yang berguna bagi hidup bermasyarakat, misalnya berkomunikasi, berinteraksi, berbicara, berbahasa. Namun yang pertama yang dilakukan adalah latihan kepatuhan. Hal ini sangat penting agar mereka dapat mengubah perilaku seenaknya sendiri (misalnya memaksakan kehendak) menjadi perilaku lazim dan diterima di masyrakat.
b.    Masuk Kelompok Khusus
Biasanya setelah 1-2 tahun menjalani intervensidini dengan baik, si anak siap masuk ke kelompok kecil. Bahkan ada yang siap masuk ke kelompok bermain. Mereka yang belum siap masuk ke kelompok bermain, bisa diikutsertakan ke kelompok khusus. Di kelompok ini mereka mendapat kurikulum yang khusus dirancang secara secar individual. Disini anak akan mendapatkan penangangan terpadu, yang melibatkan pelbagai tenaga ahli, seperti psikiater, psikologi, terapi wicara, terapis wicara, terapis okupasi, dan ortopedagog.
Anak dengan kecerdasan normal yang sudah siap masuk ke sekolah umum pun masih bisa mendapatkan penanganan khusus bila diperlukan. Disekolah umum, peran guru sangat penting. Namun dalam kenyataan, banyak sekolah yang menolak menerima murid penyandang autisme.
c.    Pemberian Obat
Tidak ada satu pun obat yang dibuat khusus untuk menyembuhkan autisme. Lagi pulaobat-obatan itu dipakai untuk menyembuhkan gejala. Namun, bila ditemukan terdapat gangguan pada sumsum saraf pusat, pengobatan bisa lebih terarah. Beberapa jenis obat bahkan mempunyai efek yang sangat bagus untuk menimbulkan respon anak terhadap dunia luar. Dengan pemakaian obat intervensi dini maupun penatalaksanaan lain akan lebih cepat berhasil. Bila keberhasilan stabil, obat bisa dihentikan.
Obat-obatan menjadi alternatif lain di dalam menyembuhkan anak autis. Hanya saja kecenderungannya obat atau suplemen yang ia dapatkan lebih bersiftat kimiawi dalam jangka panjang. Padahal pembeian obat kimiawi dalam jangka panjang akan memberika efek samping bagi anak lebih baik menghindari obat kimia dan hanya menggunakan suplemen herbal.
Terlepas dari jenis-jeni obat atu suplemen di atas, bahwa anak autis harus terhindar dari bahan makanan yang mengandung gluten, kasein, dan zat tambahan makanan seperti MSG, pewarna makanan, dan gula sintetis aspartam.
d.    Penggunaan Alat Bantu
Banyak anak autisme belajar lebih baik dengan menggunakan penglihatannya. Ciri anak dengan kekuatan visual adalah senang main puzzle, bentuk-bentuk, sukan nonto video, TV terutama film kartun, menyukai huruf, angka, dan kadang-kadang dapat membaca tanpa diajari. Media gambar dianggap efektif karena berbicara memerlukan waktu yang singkat (milisecond), jadi terlalu cepat untuk anak dengan gangguan komunikasi.

B.    KETERLAMBATAN UMUM DALAM FUNGSI KOGNITIF DAN SOSIAL
Beberapa siswa memiliki kebutuhan pendidikan khusus sesuai dengan perkembangan pribadi dan sosial mereka. Banyak siswa dengan ketidakmampuan kognitif, sosial ataupun fisik memiliki self-esteem yang lebih rendah dibandingkan teman-teman sekelas mereka. Siswa-siswa dengan keterbelakangan mental umumnya memilki pemahaman yang sangat terbatas mengenai cara berperilaku yang tepat dalam situasi-situasi sosial. Para siswa yang memiliki gangguan emosional ataupun perilaku mungkin juga memiliki keterbatasan dalam mempertimbangkan perspektif orang lain dan dalam kemampuan memecahkan masalah sosial, akibatnya mereka hanya memiliki sedikit teman (itupun jika ada). Selain itu, siswa dengan ketidakmampuan yang kompleks, terutama yang mengidap ADHD, gangguan spektrum autis, gangguan emosional dan perilaku, atau retardasi mental, bisa jadi mengalami kesulitan menarik kesimpulan yang akurat mengenai perilaku serta bahasa tubuh orang lain.

1.    Karakteristik
Siswa yang mengalami keteterlambatan umum dalam fungsi kognitif dan sosial memiliki beberapa karakteristik yang dapat diamati, yakni umumnya memiliki self-esteem atau harga diri yang rendah, tingkat keterampilan sosialnya seperti lazimnya dimiliki anak yang lebih muda darinya, kesulitan mengidentifikasi dan menafsirkan isyarat-isyarat sosial, serta ide-ide mengenai yang benar dan yang salah yang acapkali konkret dan prakonvensional.
a.    Harga Diri
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, harga diri berarti kesadaran akan berapa besar nilai yang diberikan kepada diri sendiri. Penghargaan diri juga kadang dinamakan martabat diri atau gambaran diri. Coopersmith membagi taraf harga diri dalam tiga kategori, yaitu taraf harga diri tinggi, taraf harga diri sedang dan taraf harga diri rendah. Dalam kaitannya dengan keterlambatan umum dalam fungsi kognitif dan sosial, harga diri yang rendah adalah salah satu karakteristiknya.
Individu yang mempunyai taraf harga diri rendah menurut Coopersmith menunjukkan sifat-sifat keputusasaan, selalu membayangkan kegagalan, selalu dihinggapi depresi dan selalu merasa tidak menarik dan merasa terisolir dalam pergaulannya. Kemauan untuk menghadapi kekurangan dan kelemahan sangat lemah, takut mengatur terhadap orang yang berbuat kesalahan, sangat peka terhadap kritik serta tidak merasa bergaul dengan orang lain.
Menurut Clemes, karakteristik harga diri rendah memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
-    Meremehkan bakatnya sendiri. Individu akan mengatakan,” Saya tidak bisa melakukan ini atau itu.”
-    Merasa bahwa orang lain tidak menghargainya. Individu akan merasa tidak yakin atau selalu bersikap negatif terhadap dukungan dan kasih sayang orang tua dan temannya.
-    Merasa tidak berdaya. Kurang percaya diri atau bahkan ketidakberdayaan akan tampak dalam sikap dan tindakan anak remaja. Individu tidak mampu berusaha keras menghadapi tantangan atau masalah.
-    Mudah dipengaruhi orang lain. Gagasan dan  perlakuannya kerap berubah mengikuti orang yang banyak bergaul dengannya, seringkali individu dimanipulasi orang yang berkepribadian kuat.
-    Menunjukkan deretan emosi dan perasaan yang sempit.
-    Remaja dengan harga diri rendah ini sering menunjukkan beberapa emosi yang khas seperti tidak sopan, keras kepala, histeria.
-    Menghindari situasi yang menimbulkan kecemasan.
-    Menjadi defensif dan mudah frustasi. Individu akan mudah tersinggung, tidak mampu menerima kritik atau perintah yang tidak diduga dan selalu mempunyai dalih mengapa individu tidak dapat melaksanakannya.
-    Menyalahkan orang lain karena kelemahan sendiri. Individu kerap kali menyalahkan orang lain atau keadaan yang tidak menguntungkan sebagai penyebab kesulitannya.
Orang yang memandang rendah dirinya sendiri kurang memiliki konsep diri yang jelas, merasa rendah diri, sering memilih tujuan yang kurang realistis atau bahkkan tidak memiliki tujuan yang pasti, cenderung pesimis dalam menghadapi masa depan, mengingat masa lalu secara negatif, berkubang dalam perasaan negatif, punya reaksi emosional dan behavioral yang lebih buruk dalam merespon tanggapan negatif dari orang lain, kurang mampu memunculkan feedback positif terhadap dirinya sendiri, lebih memerhatikan dampak sosial mereka terhadap orang lain, dan lebih mudah terkena depresi atau berpikir terlalu mendalam saat mereka menghadapi stress atau kekalahan.
Butler, Hokanson, & Flynn berpendapat bahwa harga diri yang rendah akan berpengaruh negatif pada individu yang bersangkutan dan mengakibatkan individu tersebut akan menjadi stress dan depresi. Selain itu, menurut Coopersmith orang yang memiliki harga diri rendah senantiasa mudah mengalami kecemasan, tidak bahagia, selalu putus asa, tidak percaya diri. Lebih dari itu orang yang memiliki penghargaan diri rendah mudah dihinggapi rasa takut, seperti perasaan tidak diterima dan selalu merasa dibenci, selalu merasa gagal, terlalu takut menghadapi kelemahan dan kekurangan dirinya, sangat peka terhadap kritik dan mudah tersinggung, serta cenderung menarik diri dalam pergaulannya.
b.    Keterampilan Sosial
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, keterampilan berarti kecakapan untuk menyelesaikan tugas. Jadi, keterampilan sosial adalah kecakapan untuk menyelesaikan tugas yang berhubungan dengan sosial atau kemasyarakatan. Atau bisa juga diartikan sebagai kemampuan individu untuk berkomunikasi efektif dengan orang lain baik secara verbal maupun nonverbal sesuai dengan situasi dan kondisi yang ada pada saat itu, di mana keterampilan ini merupakan perilaku yang dipelajari. Keterampilan sosial membawa remaja untuk lebih berani berbicara, mengungkapkan setiap perasaan atau permasalahan yang dihadapi dan sekaligus menemukan penyelesaian yang adaptif, sehingga mereka tidak mencari pelarian ke hal-hal lain yang justru dapat merugikan diri sendiri maupun orang lain.




Gresham dan Reschly mengidentifikasikan keterampilan sosial dengan beberapa ciri, antara lain:
•    Perilaku Interpersonal
Perilaku interpersonal adalah perilaku yang menyangkut keterampilan yang digunakan selama melakukan interaksi sosial yang disebut dengan keterampilan menjalin persahabatan.
•    Perilaku yang Berhubungan dengan Diri Sendiri
Perilaku ini merupakan ciri dari seorang yang dapat mengatur dirinya sendiri dalam situasi sosial, seperti keterampilan menghadapi stress, memahami perasaan orang lain, mengontrol kemarahan dan sebagainya.
•    Perilaku yang Berhubungan dengan Kesuksesan Akademis
Perilaku ini berhubungan dengan hal-hal yang mendukung prestasi belajar di sekolah, seperti mendengarkan guru, mengerjakan pekerjaan sekolah dengan baik, dan mengikuti aturan-aturan yang berlaku di sekolah.
•    Penerimaan Teman Sebaya
Hal ini didasarkan bahwa individu yang mempunyai keterampilan sosial yang rendah akan cenderung ditolak oleh teman-temannya, karena mereka tidak dapat bergaul dengan baik. Beberapa bentuk perilaku yang dimaksud adalah memberi dan menerima informasi, dapat menangkap dengan tepat emosi orang lain, dan sebagainya.
•    Keterampilan Berkomunikasi
Keterampilan ini sangat diperlukan untuk menjalin hubungan sosial yang baik, berupa pemberian umpan balik dan perhatian terhadap lawan bicara, dan menjadi pendengar yang responsif.

Dari penjelasan tersebut kita dapat mengambil kesimpulan bahwa ciri-ciri individu yang memiliki keterampilan sosial adalah orang yang berani berbicara, memberi pertimbangan yang mendalam, memberikan respon yang lebih cepat, memberikan jawaban secara lengkap, mengutarakan bukti-bukti yang dapat meyakinkan orang lain, tidak mudah menyerah, menuntut hubungan timbal balik,
serta lebih terbuka dalam mengekspresikan dirinya.
Dalam kaitannya dengan keterlambatan umum dalam fungsi kognitif dan sosial, keterampilan sosial yang “terlambat” adalah salah satu karakteristiknya. Terlambat di sini berarti, tingkat keterampilan sosial yang ia miliki saat itu, seharusnya sudah ia miliki sebelumnya, atau dengan kata lain tingkat keterampilan sosialnya saat itu setara dengan individu lain yang apabila dilihat dari segi usia terpaut jauh dengannya, yakni lebih muda darinya.



c.    Isyarat Sosial
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, isyarat adalah segala sesuatu yang dipakai sebagai tanda atau alamat. Jadi, isyarat sosial adalah sesuatu yang dipakai sebagai tanda dalam lingkup sosial. Dalam kaitannya dengan keterlambatan umum dalam fungsi kognitif dan sosial, anak dikatakan mengalami keterlambatan apabila ia mengalami kesulitan dalam mengidentifikasi dan menafsirkan isyarat-isyarat sosial.

Siswa yang secara khusus mengalami kesulitan yang berat dapat diidentifikasi mengidap keterbelakangan mental (mental retardation), yaitu hambatan yang ditandai dengan inteligensi umum di bawah rata-rata dan kurangnya perilaku adaptif. Di mana perilaku adaptif sendiri bermakna perilaku yang berkaitan dengan keterampilan hidup sehari-hari dan perilaku yang sesuai dalam situasi sosial, digunakan sebagai kriteria untuk mengidentifikasi siswa yang mengalami keterbelakangan mental.
Siswa yang mengalami keterbelangan mental memperlihatkan keterlambatkan yang signifikan di sebagian besar aspek perkembangan kognitif dan sosialnya. Secara lebih khusus, mereka memperlihatkan karakteristk-karakteristik berikut ini:
•    Inteligensi umum berada di bawah rata-rata. Siswa seperti ini memiliki skor tes inteligensi yang cukup rendah, selain itu siswa-siswa ini belajar secara lambat dan secara konsisten menunjukkan prestasi yang rendah di semua mata pelajaran.
•    Perilaku adaptif lemah. Siswa yang mengalami keterbelakangan mental berperilaku seperti anak-anak. Kurangnya perilaku adaptif ini mencakup keterbatasan dalam inteligensi praktis, yakni mengelola aktivitas-aktivitas biasa sehari-hari, serta inteligensi sosial, yakni bertingkahlaku secara tepat dalam berbagai situasi sosial.

Keterbelakangan mental seringkali disebabkan oleh kondisi genetik. Sebagai contoh, sebagian besar anak-anak yang mengalami down syndrome mengalami keterlambatan dalam perkembangan kognitif. Dalam kasus-kasus lain, penyebabnya adalah faktor-faktor biologis tetapi tidak ditrunkan (noninherited), seperti kekurangan gizi atau konsumsi alkohol secara berlebihan selama kehamilan atau kekurangan oksigen dalam proses kelahiran yang sulit. Selain itu, dalam situasi-situasi lain, faktor lingkungan, seperti diabaikan oleh orang tua, lingkungan rumah yang sangat miskin dan kurang memberikan stimulasi, dapat menjadi penyebab keterbelakangan mental.
Di samping itu, beberapa siswa yang mengalami keterbelangan mental yang mengikuti kelas pendidikan, cenderung memperlihatkan beberapa karakterisik berikut ini:
•    Hasrat yang tulus untuk menjadi bagian dari sekolah dan merasa cocok berada di sekolah
•    Kurangnya pengetahuan umum mengenai dunia
•    Keterampilan membaca dan berbahasa yang buruk
•    Kurang atau bahkan sama sekali tidak memiliki strategi-strategi belajar dan strategi memori yang efektif
•    Kesulitan melengkapi detil-detil ketika instruksi yang diberikan tidak lengkap atau ambigu
•    Kesulitan memahami gagasan abstrak
•    Kesulitan menggeneralisasi sesuatu yang dipelajari dalam suatu situasi ke situasi baru
•    Keterampilan motorik yang rendah
•    Perilaku bermain dan keterampilan interpesonal yang tidak matang

2.    Strategi Pengajaran
Ada beberapa strategi yang berguna untuk siswa-siswa yang mengalami keterbelakangan mental, antara lain:
    Memberikan instruksi secara perlahan-lahan untuk memastikan mereka dapat mengikuti materi yang disampaikan. Ketika sedang menangani siswa yang mengalami keterbelangan mental, peralihan ke topik atau tugas baru seharusnya dilakukan secara perlahan-lahan dan jangan bosan membuat pengulangan-pengulangan sehingga memberi mereka kesempatan untuk menguasai materi yang diajarkan. Siswa yang mengalami keterbelakangan mental biasanya memiliki sejarah kegagalan yang panjang dalam mengerjakan tugas-tugas akademik. Karena itu, mereka membutuhkan pengalaman berhasil yang sering untuk belajar bahwa dengan bekerja keras, mereka dapat berhasil di sekolah.
    Menjelaskan tugas-tugas secara konkret, spesifik dan lengkap. Apabila kita hanya mengatakan kepada seorang siswa yang mengalami keterbelakangan mental “letakkan lembaran absen ini di kantor kepala sekolah”, ada kemungkinan siswa tersebut tidak kembali lagi ke kelas setelah melaksanakan perintah itu. Karena itu, sebaiknya mengatakan, “Budi, pergilah ke kantor kepala sekolah, berikan lembaran absen ini kepada Bu Eva, lalu kembalilah ke sini”.
    Menggunakan scaffolding yang memadai untuk mendorong perhatian dan proses-proses kognitif efektif yang lain. Karena siswa yang mengalami keterbelakangan mental kerap kurang menyadari cara terbaik untuk belajar dan mengingat informasi baru, kita perlu memberikan bimbingan yang eksplisit mengenai apa yang sebaiknya mereka lakukan (secara mental) ketika belajar. Sebagai contoh, kita dapat menggunakan frase seperti “lihatlah” atau “dengarkan” untuk membantu mereka memusatkan perhatian. Kita juga dapat mengajari mereka beberapa strategi mengingat yang sederhana dan konkret, seperti mengulang-ulang sendiri instruksi yang telah didapatkan. Kita juga dapat memeberikan pedoman belajar yang sederhana yang dapat memberikan petunjuk spesifik mengenai hal-hal yang harus diperhatikan saat belajar.
    Memasukkan keterampilan kejuruan dan keterampilan hidup yang umum ke dalam kurikulum. Bagi sebagian besar siswa yang mengalami keterbelakangan mental, salah satu bagian penting dari kurikulum sekolah menengah atas adalah melatih keterampilan hidup yang umum dan keterampilan kerja. Pelatihan-pelatihan semacam itu paling mungkin efektif apabila dilakukan dalam setting yang realistis, yang semirip mungkin dengan setting yang akan mereka alami setelah lulus nanti.



ASSIGNMENT OF SCIENCE EDUCATION THE DIFFERENT OF SCIENCE EDUCATION,THEORY EDUCATION AND DRAFT EDUCATION


ASSIGNMENT OF SCIENCE EDUCATION
THE DIFFERENT OF SCIENCE EDUCATION,THEORY EDUCATION AND DRAFT EDUCATION
This paper created for fill the assignment of Science Education
The adviser: Prof. Dr. Sutrisno, M. Ag.


Created By :
Enggar  Sari Wening
14410061
PAI C / 07


ISLAMIC EDUCATION
FACULTY OF ISLAMIC EDUCATION
STATE ISLAMIC UNIVERSITY SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA
2015

A.    INTRODUCTION
Before we talking about science education, theory education and draft education, will be more good if we know about the meaning of education. In the eduation world, we have to know about paedagogie and paedagogiek. Firstly, they look so similar, but they are differerent. Paedagogie is education, but paedagogiek is science education. The different of them is paedagogie more foccus in the action, that is learn and teaching activity. While, paedagogiek is more foccus for thinking about education. Thinking about system education, purpose education, materials education, medium and infrastructure education, so here the foccus is about theory. Paedagogie and paedagogiek must walk together, matching and correct each other. But, in the world of education, word “paedagogie” more famous and often used by people.
    According to etimology, paedagogie come from Yunani language, from word “pais” meaning child, and “again” meaning lead. So, paedagogie is lead the child. While, according to the opinion of some thinkers, such:
•    John Dewey, he said, “Education is process of making the fundementil skill according to intellectual and emotional to the direction of world and peer human.”
•    Langeveld, he said, “Educate is influence the child in the lead effort so they be adult. Lead effort is a aware effort and happen between the adult and the child.”
•    Ki Hajar Dewantara, he said, “Educate is guide every natural power of the child so they as a human and member society can get the highest happiness.”
•    Jean Piaget, he said, “Education for most people, means trying to lead the child to resemble the typical adult of his society (whereas) for me, education means making creators, even if there aren’t many of them, even if one’s creations are limited by comparison with those of others.”
•    GBHN,  “Education is aware effort to develop personality and skill inside and outside the school and continue of the same age.
•    UU Nb. 20 / 2003 about National Education System, “Education is aware effort to create a learning atmosphere and process of learning so the students actively develop his skills to get a spiritual power, control self, personality, intelligence, good character and skills that useful for his self, society, nation and state.

B.    SCIENCE EDUCATION
Science education is a science that talk about some problem connected with education problem or science that talk about education and theory education. Word “education” in English come from Latin language, “edure” meaning take something, maybe take the science into the someone’s brain. In Arabic, people usually call word education with word “ta’lim” or “tarbiyah”.
    In the same manner as above, if science education talk about some problem especially eduation problem, so here we will discuss about it. In general, eduation problem clssified into 2 side:
1.    Eduction Explanation Side
a.    From etimologys side, education wellborn from Yunani language “paedagogie” meaning lead the child. Someone who lead the child and have a purpose to bring the child to the study place, in Yunani called “paedagogos”.
b.    From essentialist side, education is influence, aid or demand that gived to someone who responsible to the child or students.
2.    Education to the Target View Side
Student is young person who still on potential level, not “maximal” yet. Because of that, eduation or educate called fundamental action. Because educate is make the young person be the real person, educate is hominisation and humanisation process, that is an action that make a person be a person. Hominisation process meaning human process, from potential level be maximal level, where he had do something like a human. While humanisation process indicate a higher development.
Be sides talk about education problems, of course science education talk about instruction too. Instrucion is a teach process, teach manner, teach action or everything about teach or educate. In a big line, instruction method can clarificationed be 2 section, that is:
1.    Konventional Instruction Method
Konventional instruction is a instruction method that usually used by teacher and often called a traditional method. This method, include:
a.    Speech method
b.    Discusion method
c.    Question-answer method
d.    Demonstration and experiment method
e.    Homework method
f.    Teamwork method
g.    Study tour method

2.    Inkonventional Instruction Method
Inkonventional instruction is a new teach technique that unusually used by teacher and general. The example of this method, such teach method with module, instruction with programs, instruction unit, etc.

C.    THEORY EDUCATION
Theory education is a base on practical work education development, such curriculum development, learn and teaching activity and school management. There are four theory education, that is:
1.    Classical Education
Classical education is a oldest theory education. This theory emphasize the content education just than the process. On the practical work, educator have a big character and more dominant. While the student have a passive character, just as a receiver of information and assignment from educator.
Classical education theory base on classical philosophy that view if education function as take care eforts, preserved, and continue the culture legacy. Classical philosophy here, such:
a.    Perenialism, that more emphasize on humanis, personality formation, and mental chacarcteristic.
b.    Essentialism, that give priority to science than humanis. They are more pragmatis, education directioned in prepare young generation to jump down to work world. Orientation on essentialism is at this period and the future. The main purpose of education according to essentialism is get a better work, can make a good cooperation with the other person, and get a lot ultimate.
c.    Eksistensialism
2.    Personalized Education
This theory start from assumption if since borned, the child had have certain skills. Education have to can develop the skills by start from the necessary and interest the child. Here, the child or the student become the main character of education, while the educator just occupy the second position that have a role as guide, booster, facilitator and attendant of the student.
This theory have two current, that is progressive education and romantic education. Progressive education view if the student is a whole unit. While romantic education view everyone in a pure situation, have a honest lustrous, correctness and sincerity.
Personalized education become a source for humanism curriculum style development, that is curriculum style that have a purpose expand the self consciousness and substract the distantly spaced and the stranged from the circles and self actualization process.
3.    Tecnology Education
Tecnology education have a similarity with classical education about character education in convoy the information. But they are different. Because tecnology education more foccus at making and authority the competence or practical skills, not preserving the old culture.
    Here, the content education choosed by special field expert team. The content is object and skills that direct to vocational skills and arranged in program design type or instruction design, and presentated with electronic media.
In this theory, educator function as director of learning, more the management assignment than delivery and deepening of the matter. Then, learning by means of individual learning method, book media or electronic media, so the student can get a certain base skills.

4.    Interactional Education Theory
Theory education that started from human thunking as social creature that always have an interaction and team work with the others. Here, the interation occur between the educator and the student, between the student and the learning material too. This interation occur in a dialogue form.
This theory boceome a source for social reconstructioal curriculum style development, that is a curriculum style that have a purpose to arraign the student to the challenge or disturbance of the human. The interactioanal view according to thinking about human existenty at look the alive in the world that according to the theory about knowledge and value that attentived.
To get an education with humanity climate with pressing on the interaction, so something must get an attention, that is:
a.    Society
Education must according to personal unit, a small community that enable the student know another and have a team work in a right condition.
b.    Situation
Learning have to in the actual context and there must occur a consciousness process in the unique live situation. So, the direction of education refer the future.
c.    Critical Consciousness
The goal of interactional education is help the student to get his critical cosciousness about reality in the society, so the student have a wish to repair his circles, society and culture.


D.    DRAFT EDUCATION
Draft about world education meaning human effort to develop the nature skills until get a result and achievement, so he can  reach the maturity. According to the essence, draft education refer to a guidance process that have within it an element such educator, student and purpose of education. Bacause it, we can take a philosophical analysis that base comprehansion about education, that is:
1.    Education as Culture Transformation Process
Here, education meaned as inheriting culture activity from one generation to the other generation.
2.    Education as Personal Formation Process
Here, education meaned as a systematic and directioned activity to formed the student personality.
3.    Education as National Prepared Process
Here, education meaned as a prepared activity to give a supplies to the student, so later he can become a good and productive national.
4.    Education as Provider Manpower
Here, education meaned as lead activity until the students have a base supplies to work.
        From the explanation above, we know that education is a process that must did by everyone. Education can form human and national personality.
        Then, to drive education system intactly, we must have a number of factor education, that is:
1.    Purpose factor
2.    Educator factor
3.    Student factor
4.    Instrument education factor
5.    Circles factor

E.    CONCLUSION
From the text above, we can pull a conclusion, that is:
    Science eduation is a science that talk about some problem connected with education problem or science that talk about education and theory education.
    In general, eduation problem clssified into 2 side:
1.    Eduction explanation side
2.    Education to the target view side
    In a big line, instruction method can clarificationed be 2 section, that is:
1.    Konventional instruction method
2.    Inkonventional instruction method
    Theory education is a base on practical work education development, such curriculum development, learn and teaching activity and school management.
    The values of theory education, that is:
1.    Classical education
2.    Personalized education
3.    Tecnology education
4.    Interactional education theory
    Draft about world education meaning human effort to develop the nature skills until get a result and achievement, so he can  reach the maturity.
    Philosophical analysis that base comprehansion about education, that is:
1.    Education as culture transformation process
2.    Education as personal formation process
3.    Education as national prepared process
4.    Education as provider manpower
    Factor education, that is:
1.    Purpose factor
2.    Educator factor
3.    Student factor
4.    Instrument education factor
5.    Circles factor
BOOK LIST

Hargenhahn, B. R. And Matthew H. Olson, An Introducion to Theories of Learning, 1977, New Jersey: Prentice Hall
Fifty Modern Thinkers, Fifty Modern Thinkers on Education: From Piaget to the Present, 2001, London and New York: Routledge
Hafid, Anwar, dkk., Konsep Dasar Ilmu Pendidikan, 2013, Bandung: Penerbit Alfabeta
Kadir, Abdul, Dasar-dasar Pendidikan, 2012, Jakarta: Kencana
Ahmadi, Abu dan Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan, 1991, Bandung: Rineka Cipta
http://sinautp.weebly.com/teori-pendidikan.html
http://arnimabruria.blogspot.com/2010/10/pengertian-dan-ruang-lingkup-ilmu.html
https://nie07independent.wordpress.com/konsep-pendidikan

TUGAS MAKALAH MATA KULIAH ADMINISTRASI PENDIDIKAN KONSEP DASAR KURIKULUM 2013

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR         2
DAFTAR ISI         3
BAB 1 PENDAHULUAN         4
A.    LATAR BELAKANG         4
B.    RUMUSAN MASALAH         4
C.    TUJUAN PENYUSUNAN         4
D.    MANFAAT PENYUSUNAN         5
BAB 2 PEMBAHASAN         6
A.    DESKRIPSI KURIKULUM 2013         6
B.    PENGEMBANGAN KURIKULUM 2013         7
C.    KARAKTERISTIK KURIKULUM 2013         10
D.    KOMPONEN KURIKULUM 2013         11
E.    IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013         13
F.    KEUNGGULAN DAN KELEMAHAN KURIKULUM 2013         13
BAB 3 PENUTUP (KESIMPULAN)         15
DAFTAR PUSTAKA         16












BAB 1
PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG
Sebagaimana yang kita ketahui bahwasannya zaman terus mengalami perubahan dan perkembangan. Kita sebagai objek pendidikan pun akhirnya juga dituntut untuk mengikuti perkembangan yang ada. Karena ketika kita tidak dapat mengimbangi perkembangan dari sektor lain, dampaknya pun akan sangat fatal. Sebab, pendidikan merupakan bekal yang mutlak dimiliki oleh setiap orang. Sehingga menjadi suatu keharusan bagi pendidikan untuk selalu mengikuti perkembangan zaman.
Perkembangan dalam lingkup pendidikan ini direalisasikan melalui perkembangan kurikulumnya. Jadi, perubahan-perubahan kurikulum yang ada sampai saat ini tidak lain hanyalah untuk menyeimbangkan pendidikan dengan kebutuhan masyarakat yang terus berubah dan berkembang. Hal ini dimaksudkan agar kualitas pendidikan di Indonesia dapat sejajar dengan pendidikan di negara-negara maju lainnya, serta output dari pendidikannya pun dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan Sumber Daya Manusia yang berkualitas yang saat ini masih sangat langka di Indonesia.
Dari situlah saya berusaha untuk mengulas mengenai kurikulum yang ada di Indonesia, khususnya Kurikulum 2013 yang merupakan kurikulum terbaru yang dikeluarkan oleh Kemendikbud, yang diharapkan dapat membantu meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia.

B.    RUMUSAN MASALAH
1.    Bagaimana deskripsi dari Kurikulum 2013?
2.    Bagaimana pengembangan dari Kurikulum 2013?
3.    Bagaimana karakteristik dari Kurikulum 2013?
4.    Apa saja komponen dari Kurikulum 2013?
5.    Bagaimana implementasi dari Kurikulum 2013?
6.    Apa saja keunggulan dan kelemahan Kurikulum 2013?

C.    TUJUAN PENYUSUNAN
1.    Memenuhi tugas pembuatan makalah pada mata kuliah Administrasi Pendidikan
2.    Menambah wawasan tentang Kurikulum 2013




D.    MANFAAT PENYUSUNAN
1.    Mengetahui deskripsi dari Kurikulum 2013
2.    Memahami pengembangan dari Kurikulum 2013
3.    Memahami karakteristik dari Kurikulum 2013
4.    Mengetahui apa saja yang menjadi komponen dari Kurikulum 2013
5.    Memahami implementasi dari Kurikulum 2013
6.    Mengetahui apa saja keunggulan dan kelemahan Kurikulum 2013




































BAB 2
PEMBAHASAN

A.    DESKRIPSI KURIKULUM 2013
Kurikulum 2013 merupakan kurikulum yang diterapkan oleh pemerintah untuk menggantikan Kurikulum 2006 atau KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) yang telah berlaku selama kurang lebih 6 tahun. Kurikulum 2013 bertujuan mempersiapkan manusia Indonesia agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang beriman, produkif, kreatif, inovatif dan afektif, serta mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbanga, bernegara dan peradaban dunia. Kurikulum 2013 masuk dalam masa percobaannya pada tahun 2013 dengan menjadikan beberapa sekolah sebagai percobaan. Pada tahun 2014, Kurikulum 2013 sudah diterapkan di Kelas I, II, IV, dan V sedangkan untuk SMP diterapkan di Kelas VII dan VIII dan SMA di Kelas X dan XI. Diharapkan, pada tahun 2015 dapat diterapkan di seluruh jenjang pendidikan. Kurikulum 2013 memiliki tiga aspek penilaian, yaitu aspek pengetahuan, aspek keterampilan, dan aspek sikap dan perilaku.
Di dalam Kurikulum 2013, terutama di dalam materi pembelajaran terdapat materi yang dirampingkan dan materi yang ditambahkan. Materi yang dirampingkan terlihat ada di materi Bahasa Indonesia, IPS, PPKn, dsb. Sedangkan materi yang ditambahkan adalah materi Matematika. Materi pelajaran tersebut (terutama Matematika) disesuaikan dengan materi pembelajaran standar Internasional sehingga pemerintah berharap dapat menyeimbangkan pendidikan di dalam negeri dengan pendidikan di luar negeri.
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Anies Baswedan, menghentikan pelaksanaan Kurikulum 2013 bagi sekolah-sekolah yang baru melaksanakan kurikulum ini selama satu semester pada tanggal 5 Desember 2014, sebagaimana tertulis dalam isi surat Kemendikbud tentang Kurikulum yang berisi tiga poin pokok. Pertama, menghentikan pelaksanaan Kurikulum 2013 di sekolah-sekolah yang baru menerapkan satu semester, yaitu sejak tahun pelajaran 2014-2015. Sekolah-sekolah ini supaya kembali menggunakan Kurikulum 2006 mulai semester genap tahun pelajaran 2014-2015. Kedua, tetap menerapkan Kurikulum 2013 di sekolah-sekolah yang telah tiga semester ini menerapkan, yaitu sejak tahun pelajaran 2013-2014 dan menjadikan sekolah-sekolah tersebut sebagai sekolah pengembangan dan percontohan penerapan Kurikulum 2013. Dan yang terakhir adalah mengembalikan tugas pengembangan Kurikulum 2013 kepada Pusat Kurikulum dan Perbukuan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI.


B.    PENGEMBANGAN KURIKULUM 2013
Pengembangan kurikulum merupkakan suatu proses yang kompleks dan melibatan berbagai komponen yang saling terkait. Oleh karena itu dalam proses pengembangan Kurikulum 2013, tidak hanya menuntut keterampilan teknis dari pihak pengembang terhadap pengembangan berbagai komponen kurikulum, tetapi harus pula dipahami berbagai komponen yang mempengaruhinya.
Alasan perlunya pengembangan Kurikulum 2013, antara lain:
•    Perubahan proses pembelajaran (dari siswa yang diberi tahu menjadi mencari tahu) dan proses penilaian yang memerlukan penambahan jam pelajaran (dari berbasis output menjadi berbasis proses dan output)
•    Kecenderungan banyak negara menambah jam pelajaran
•    Perbandingan dengan negara-negara lain menunjukkan pelajaran di Indonesia dengan negara lain relatif lebih singkat
Selain itu, pengembangan Kurikulum 2013 juga digunakan untuk menghadapi berbagai masalah dan tantangan masa depan yang semakin lama semakin rumit dan kompleks. Berbagai tantangan masa depan tersebut antara lain berkaitan dengan globalisasi dan pasar bebas, masalah lingkungan hidup, pesatnya kemajuan teknologi informasi, konvergensi ilmu dan teknologi, ekonomi berbasis pengetahuan, kebangkitan industri kreatif dan budaya, pergeseran kekuatan ekonomi dunia, pengaruh dan imbas teknosains, mutu, investasi dan transformasi pada sektor pendidikan serta materi TIMSS dan PISA yang harus dimiliki oleh peserta didik.
Untuk menghadapi tantangan tersebut, kurikulum harus mampu membekali pesert didik dengan berbagai kompetensi. Kompetensi yang diperlukan di masa depan sesuai dengan perkembangan global, antara lain: kemampuan berkomunikasi, kemampuan berpikir jernih dan kritis, kemampuan mempertimbangkan segi moral suatu permasalahan, kemampuan menjadi warga negara yang bertanggungjawab, kemampuan mencoba untuk mengerti dan toleran terhadap pandangan yang berbeda, kemampuan hidup dalam masyarakat yang mengglobal, memiliki minat luas dalam kehidupan, memiliki kesiapan untuk bekerja, memiliki kecerdasan sesuai dengan bakat atau minatnya dan memiliki rasa tanggung jawab terhadap lingkungan.
1.    Landasan Pengembangan Kurikulum 2013
Pengembangan Kurikulum 2013 dilandasi secara filosofis, yuridis, teoritis, psikopaedagogies dan konseptual.
a.    Landasan Filosofis
Landasan filosofis merupakan landasan terpenting dalam pengembangan kurikulum. Landasan filosofis sebagai dasar penentuan kualitas peserta didik yang akan dicapai dalam kurikulum, sumber dan isi dari kurikulum, proses pembelajaran, posisi peserta didik, penilaian hasil belajar serta hubungan peserta didik dengan masyarakat dan lingkungan. Landasan filosofis dari Kurikulum 2013 ini menekankan pada pengembangan seluruh potensi peserta didik untuk menjadi manusia berkualitas sesuai dengan tujuan pendidikan nasional.
Berdasarkan uraian tersebut, Kurikulum 2013 dikembangkan dengan landasan filosofis yang meliputi:
•    Filosofis Pancasila yang memberikan berbagai prinsip dasar dalam pembangunan pendidikan.
•    Filosofis pendidikan yang berbasis pada nilai-nilai luhur, nilai akademik, kebutuhan peserta didik dan masyarakat.
b.    Landasan Yuridis
Landasan yuridis merupakan landasan hukum dalam pengembangan Kurikulum 2013. Beberapa landasan yuridis Kurikulum 2013 adalah sebagai berikut.
•    RPJMM 2010-2014 Sektor Pendidikan tentang Perubahan Metodologi Pembelajaran dan Penataan Kurikulum
•    PP No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan
•    INPRES Nomor 1 Tahun 2010 tentang Percepatan Pelaksanaan Prioritas Pembangunan Nasional, penyempurnaan kurikulum dan metode pembelajaran aktif berdasarkan nilai-nilai budaya bangsa untuk membentuk daya saing dan karakter bangsa
c.    Landasan Teoritis
Landasan teoritis merupakan landasan yang menjadi arahan dalam pengembangan Kurikulum 2013. Adapun landasan teoritis Kurikulum 2013 menurut Permendikbud No 68 Tahun 2013 tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum SMP/MTs adalah sebagai berikut.
•    Kurikulum 2013 dikembangkan atas teori pendidikan berdasarkan standar (standard-based education) dan teori kurikulum berbasis kompetensi (competency-based curriculum).
•    Kurikulum 2013 menganut pembelajaan yang dilakukan guru (taught curriculum) dan pengalaman belajar langsung peserta didik (learned-curriculum)
d.    Landasan Psikopaedagogies
Dalam konvensi hak anak tahun 1990 dijelaskan bahwa perspektif psikopedagogis anak yang paling logis adalah sampai sejauh mana seorang anak mampu mengubah dirinya sesuai dengan kondisi di sekitarnya. Agar proses perkembangannya optimal, anak memerlukan berbagai kegiatan dan latihan yang sesuai dengan keberadaannya dan sesuai dengan kebutuhan psikologisnya. Kegiatan dan latihan dapat diperoleh anak melalui proses pendidikan.




Berdasarkan uraian tersebut, maka landasan psikopaedagogies adalah sebagai berikut.
•    Relevansi
Kesesuaian program pembelajaran dengan tingkat perkembangan kemampuan anak, tingkat unsur mentalnya (aspek kesesuaian) dan tingkat kebutuhan anak (aspek kecukupan).
•    Model Kurikulum Berbasis Kompetensi
Pembelajaran yang dikembangkan berbasis kompetensi (sikap, keterampilan dan pengetahuan) sehingga dapat memenuhi aspek kesesuaian dan kecukupan.
•    Proses Pembelajaran
Proses pembelajaran berorientasi pada karakteristik kompetensi sikap, keterampilan dan pengetahuan.
•    Penilaian
Didasarkan pada tiga aspek, yakni sikap, keterampilan dan pengetahuan.
e.    Landasan Konseptual
•    Relevansi pendidikan (link and match)
•    Kurikulum berbasis kompetensi dan karakter
•    Pembelajaran kontekstual (contextual teaching and learning)
•    Pembelajaran aktif (student active learning)
•    Penilaian yang valid, utuh dan menyeluruh
2.    Prinsip Pengembangan Kurikulum 2013
Prinsip pengembangan adalah asas atau kebenaran yang menjadi pokok dasar berpikir dari pengembangan Kurikulum 2013. Pengembangan Kurikulum 2013 didasarkan pada prinsip-prinsip sebagai berikut.
a.    Kurikulum satuan pendidikan atau jenjang pendidikan bukan merupakan daftar mata pelajaran.
b.    Standar kompetensi lulusan ditetapkan untuk satu satuan pendidikan, jenjang pendidikan, dan program pendidikan.
c.    Model kurikulum berbasis kompetensi ditandai oleh pengembangan kompetensi berupa sikap, pengetahuan, keterampilan berpikir, dan keterampilan psikomotorik yang dikemas dalam berbagai mata pelajaran.
d.    Kurikulum didasarkan pada prinsip bahwa setiap sikap, keterampilan dan pengetahuan yang dirumuskan dalam kurikulum berbentuk Kemampuan Dasar dapat dipelajari dan dikuasai setiap peserta didik (mastery learning) sesuai dengan kaidah kurikulum berbasis kompetensi.
e.    Kurikulum dikembangkan dengan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan perbedaan dalam kemampuan dan minat.
f.    Kurikulum berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik serta lingkungannya.
g.    Kurikulum harus tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, budaya, teknologi dan seni.
h.    Kurikulum harus relevan dengan kebutuhan kehidupan.
i.    Kurikulum diarahkan kepada proses pengembangan, pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat.
j.    Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan kepentingan nasional dan kepentingan daerah untuk membangun kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
k.    Penilaian hasil belajar ditujukan untuk mengetahui dan memperbaiki pencapaian kompetensi.
3.    Tujuan Pengembangan Kurikulum 2013
Melalui Kurikulum 2013, kita akan menghasilkan insan Indonesia yang produktif, kreatif, inovaif dan afektif melalui penguatan sikap, keterampilan dan pengetahuan yang terintegrasi. Mengacu pada penjelasan UU No. 20 Tahun 2003, bagian umum dikatakan, bahwa: “Strategi pembangunan pendidikan nasional dalam undang-undang ini meliputi:...., 2. Pengembangan dan pelaksanaan kurikulum berbasis kompetensi,....” dan pada penjelasan Pasal 35, bahwa “Kompetensi lulusan merupakan kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan dan keterampilan sesuai dengan standar nasional yang telah disepakati.” Maka diadakan perubahan kurikulum dengan tujuan untuk “Melanjutkan Pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi yang telah dirintis pada tahun 2004 dengan mencakup kompetensi sikap, pengetahuan dan keterampilan secara terpadu.”
    Untuk mencapai tujuan tersebut menuntut perubahan pada berbagai aspek lain, terutama dalam implementasinya di lapangan. Pada proses pembelajaran, dari siswa diberi tahu menjadi siswa mencari tahu, sedangkan pada proses penilaian, dari berfokus pada pengetahuan melalui penilaian output menjadi berbasis kemampuan melalui penilaian proses, portofolio dan penilaian output secara utuh dan menyeluruh, sehingga memerlukan penambahan jam pelajaran.

C.    KARAKTERISTIK KURIKULUM 2013
Setiap kurikulum tentunya memiliki karakteristik yang hendak ditampilkan, agar dapat membedakannya dengan kurikulum yang ada sebelumnya. Karakteristik ini juga akan menggambarkan berbagai hal yang hendak diwujudkan melalui pelaksanaan kurikulum ini termasuk strategi yang digunakan untuk mewujudkannya. Kurikulum 2013 dirancang dengan karakteristik sebagai berikut:
1.    Mengembangkan keseimbangan antara pengembangan sikap spiritual dan sosial, rasa ingin tahu, kreativitas, kerja sama dengan kemampuan intelektual dan psikomotorik.


2.    Sekolah merupakan bagian dari masyarakat yang memberikan pengalaman belajar terencana dimana peserta didik menerapkan apa yang dipelajari di sekolah ke masyarakat dan memanfaatkan masyarakat sebagai sumber belajar.
3.    Mengembangkan sikap, pengetahuan, dan keterampilan serta menerapkannya dalam berbagai situasi di sekolah dan masyarakat.
4.    Memberi waktu yang cukup leluasa untuk mengembangkan berbagai sikap, pengetahuan, dan keterampilan.
5.    Kompetensi dinyatakan dalam bentuk kompetensi inti kelas yang dirinci lebih lanjut dalam kompetensi dasar mata pelajaran.
6.    Kompetensi inti kelas menjadi unsur pengorganisasi (organizing elements) kompetensi dasar, dimana semua kompetensi dasar dan proses pembelajaran dikembangkan untuk mencapai kompetensi yang dinyatakan dalam kompetensi inti.
7.    Kompetensi dasar dikembangkan didasarkan pada prinsip akumulatif, saling memperkuat (reinforced) dan memperkaya (enriched) antarmatapelajaran dan jenjang pendidikan (organisasi horizontal dan vertikal).

D.    KOMPONEN KURIKULUM 2013
Suatu kurikulum harus memiliki kesesuaian atau relevansi. Kesesuaian ini meliputi dua hal. Pertama, kesesuaian antara kurikulum dengan tuntutan, kebutuhan, kondisi, dan perkembangan masyarakat. Kedua, kesesuaian antar komponen-komponen. Adapun komponen-komponen pengembangan kurikulum, yaitu:
1.    Komponen Tujuan
Komponen tujuan merupakan komponen pembentuk kurikulum yang berkaitan dengan hal-hal yang ingin dicapai atau hasil yang diharapkan dari kurikulum yang akan dijalankan. Tujuan pendidikan diklasifikasikan menjadi empat, yaitu:
a.    Tujuan Pendidikan Nasional
Tujuan pendidikan nasional dapat dilihat secara jelas dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, bahwa “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”.
b.    Tujuan Institusional
Tujuan institusional adalah tujuan yang harus dicapai oleh setiap lembaga pendidikan. Dalam Permendiknas No. 22 Tahun 2007 dikemukakan bahwa tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan dasar dan menengah dirumuskan sebagai berikut.
•    Tujuan pendidikan dasar adalah meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut.
•    Tujuan pendidikan menengah adalah meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut.
•    Tujuan pendidikan menengah kejuruan adalah meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut sesuai dengan kejuruannya.
c.    Tujuan Kurikuler
Tujuan kurikuler adalah tujuan yang harus dicapai oleh setiap bidang studi atau mata pelajaran.
d.    Tujuan Instruksional atau Tujuan Pembelajaran
Tujuan pembelajaran yang merupakan bagian dari tujuan kurikuler, dapat didefinisikan sebagai kemampuan yang harus dimiliki oleh anak didik setelah mereka mempelajari bahasan tertentu dalam bidang studi tertentu dalam satu kali pertemuan.
2.    Komponen Isi
Isi program kurikulum adalah segala sesuatu yang diberikan kepada anak didik dalam kegiatan belajar mengajar dalam rangka mencapai tujuan. Isi kurikulum meliputi jenis-jenis bidang studi yang diajarkan dan isi program dari masing-masing bidang studi tersebut.
3.    Komponen Metode
Komponen metode atau strategi merupakan komponen yang cukup penting karena metode dan strategi yang digunakan dalam kurikulum tersebut menentukan apakah materi yang diberikan atau tujuan yang diharapkan dapat tercapai atau tidak. Pemilihan atau pembuatan metode atau strategi dalam menjalankan kurikulum yang telah dibuat haruslah sesuai dengan materi yang akan diberikan dan tujuan yang ingin dicapai.
4.    Komponen Evaluasi
Komponen evaluasi merupakan bagian dari pembentuk kurikulum yang berperan sebagai cara untuk mengukur atau melihat apakah tujuan yang telah dibuat itu tercapai atau tidak. Selain itu, dengan melakukan evaluasi, kita dapat mengetahui apabila ada kesalahan pada materi yang diberikan atau metode yang digunakan dalam menjalankan kurikulum yang telah dibuat dengan melihat hasil dari evaluasi tersebut. Dengan begitu, kita juga dapat segera memperbaiki kesalahan yang ada atau mempertahankan bahkan meningkatkan hal-hal yang sudah baik atau berhasil.




E.    IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013
Dalam implementasi Kurikulum 2013 yang perlu diperhatikan adalah pentingnya impelementasi Kurikulum 2013 secara efektif. Pada prinsip pelaksanaannya, proses pembelajaran Kurikulum 2013 adalah suatu upaya pemahaman dua tipe kurikulum, yakni ideal curriculum dan actual curriculum. Ideal curriculum merupakan kurikulum yang dicita-citakan dalam bentuk rencana, ideal, teks yang belum dilaksanakan. Sedangkan actual curriculum merupakan kurikulum yang dilaksanakan dalam proses pembelajaran.
Optimalisasi kualitas pembelajaran di sekolah/madrasah dapat dilihat pada sejauh mana adanya kesenjangan antara kurikulum ideal dan aktual. Semakin rendah adanya kesenjangan antara keduanya, maka semakin besar keberhasilan dari proses pembelajaran, begitu pun sebaliknya. Tetapi, faktanya antara kedua kurikulum tetap ada kesenjangan. Artinya tidak mungkin dalam proses pembelajaran di sekolah/madrasah dapat terlaksana sepenuhnya, seperti diharapkan dalam kurikulum ideal. Hal yang perlu menjadi perhatian seksama dan terpenting bagi seorang pendidik/guru adalah pentingnya menekan tingkat kesenjangan itu serendah mungkin.
Keberadaan Kurikulum 2013 sebagai respon dan jawaban terhadap beragam kebutuhan masyarakat (social needs) juga akan terimplementasi dengan baik apabila didukung oleh berbagai komponen, seperti tenaga pengajar, metode yang digunakan, iklim belajar, kompetensi guru, sarana-prasarana dan keadaan anak didik (input). Dalam aplikasinya, Kurikulum 2013 menuntut peran dan fungsi sekolah/madrasah dalam mempersiapkan SDM masa depan yang didambakan. Hal ini urgen mengingat sejak krisis multidimensi sejak 1998 hingga kini, menunjukkan banyak anak usia sekolah mengalami drop out, dan terlibat dalam perilaku sosial menyimpang (social devience), pergaulan bebas, tawuran, narkoba dan bahkan berbagai jenis kriminal.
Implementasi Kurikulum 2013 di sekolah/madrasah diharapkan dapat memberikan kesempatan kepada anak didik agar dapat mengembangkan “prestasi” dan “makna” sebagaimana dikatakan oleh Mochtar Bukhori bahwa, “Anak didik perlu memiliki ‘makna kehidupan’ di samping memperoleh ‘prestasi’ sains dan teknologi.

F.    KEUNGGULAN DAN KELEMAHAN KURIKULUM 2013
1.    Keunggulan Kurikulum 2013
•    Kurikulum 2013 menggunakan pendekatan alamiah, karena berangkat, berfokus dan bermuara pada hakikat peserta didik untuk mengembangkan berbagai kompetensi sesuai dengan potensinya masing-masing. Dalam hal ini peserta didik merupakan subjek belajar, dan proses belajar berlangsung secara alamiah dalam bentuk bekerja dan mengalami berdasarkan kompetensi tertentu, bukan transfer pengetahuan (transfer of knowledge).
•    Kurikulum 2013 yang berbasis karakter dan kompetensi boleh jadi mendasari pengembangan kemampuan-kemampuan lain. Penguasaan ilmu pengetahuan dan keahlian tertentu dalam suatu pekerjaan, kemampuan memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari, serta pengembangan aspek-aspek kepribadian dapat dilakukan secara optimal berdasarkan standar kompetensi tertentu.
•    Ada bidang-bidang studi atau mata pelajaran tertentu yang dalam pengembangannya lebih tepat menggunakan pendekatan kompetensi, terutama yang berkaitan dengan keterampilan.
2.    Kelemahan Kurikulum 2013
•    Kurikulum 2013 bertentangan dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional karena penekanan pengembangan kurikulum hanya didasarkan pada orientasi pragmatis. Selain itu, Kurikulum 2013 tidak didasarkan pada evaluasi dari pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), sehingga dalam pelaksanaannya bisa membingungkan guru dan pemangku pendidikan.
•    Pemerintah seolah melihat semua guru dan siswa memiliki kapasitas yang sama dalam Kurikulum 2013. Guru juga tidak pernah dilibatkan langsung dalam proses pengembangan Kurikulum 2013.
•    Pengintegrasian mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia untuk jenjang pendidikan dasar. Dewan Pendidikan DIY menilai langkah ini tidak tepat karena rumpun ilmu mata pelajaran-mata pelajaran tersebut berbeda.




















BAB 3
PENUTUP

KESIMPULAN:
    Kurikulum 2013 merupakan kurikulum yang diterapkan oleh pemerintah untuk menggantikan Kurikulum 2006 atau KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) yang telah berlaku selama kurang lebih 6 tahun. Kurikulum 2013 bertujuan mempersiapkan manusia Indonesia agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang beriman, produkif, kreatif, inovatif dan afektif, serta mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbanga, bernegara dan peradaban dunia.
Pengembangan kurikulum merupkakan suatu proses yang kompleks dan melibatan berbagai komponen yang saling terkait. Salah satu alasan perlunya pengembangan Kurikulum 2013 adalah perubahan proses pembelajaran (dari siswa yang diberi tahu menjadi mencari tahu) dan proses penilaian yang memerlukan penambahan jam pelajaran (dari berbasis output menjadi berbasis proses dan output).
Setiap kurikulum tentunya memiliki karakteristik yang hendak ditampilkan, begitupun dengan Kurikulum 2013. Salah satu karakteristik yang merancang Kurikulum 2013 adalah mengembangkan keseimbangan antara pengembangan sikap spiritual dan sosial, rasa ingin tahu, kreativitas, kerja sama dengan kemampuan intelektual dan psikomotorik. Selain karakteristik, Kurikulum 2013 juga memiliki beberapa komponen, antara lain komponen tujuan, komponen isi, komponen metode dan komponen evaluasi.
Keberadaan Kurikulum 2013 sebagai respon dan jawaban terhadap beragam kebutuhan masyarakat (social needs) akan terimplementasi dengan baik apabila didukung oleh berbagai komponen, seperti tenaga pengajar, metode yang digunakan, iklim belajar, kompetensi guru, sarana-prasarana dan keadaan anak didik (input).
Kurikulum 2013 memiliki keunggulan dan kelemahan. Salah satu keunggulannya, yakni Kurikulum 2013 menggunakan pendekatan alamiah, karena berangkat, berfokus dan bermuara pada hakekat peserta didik untuk menegmbangkan berbagai kompetensi sesuai dengan potensinya masing-masing. Dalam hal ini peserta didik merupakan subjek belajar, dan proses belajar berlangsung secara alamiah dalam bentuk bekerja dan mengalami berdasarkan kompetensi tertentu, bukan transfer penegtahuan (transfer of knowledge). Sedangkan kelemahannya, salah satunya adalah Kurikulum 2013 bertentangan dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional karena penekanan pengembangan kurikulum hanya didasarkan pada orientasi pragmatis. Selain itu, Kurikulum 2013 tidak didasarkan pada evaluasi dari pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), sehingga dalam pelaksanaannya bisa membingungkan guru dan pemangku pendidikan.





DAFTAR PUSTAKA

Mulyasa, Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013, 2013, Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Idi, Abdullah dan Safarina, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktik, 2014, Jakarta: Rajagratindo Persada
http://news.okezone.com/read/2014/12/08/65/1076058/isi-surat-mendikbud-tentang-kurikulum-2013?gclid=Cj0KEQjw6OOoBRDP9uG4oqzUv7kBEiQA0sRYBHAzrg4FrrSX12QqUd6hLg6Zp_fDG0GHiXT82lOA4qkaAs8K8P8HAQ
http://id.wikipedia.org/wiki/Kurikulum_2013
http://jhonmiduk8.blogspot.com/2014/03/konsep-dasar-dan-pengembangan-kurikulum.html
http://edukasi.kompas.com/2012/12/19/12564532/Ini.Kelemahan-kelemahan.Kurikulum.2013

 
Template designed by Liza Burhan